The Body Shop Sasar Dampak Jangka Panjang Lewat Brand Activism

marketeers article
CEO The Body Shop Indonesia Aryo Widiwardhono dan Executive Chairperson dan Owner The Body Shop Indonesia Suzy Hutomo pada peluncuran konsep baru gerai di Mal Kota Kasablanka. (FOTO: MARKETEERS)

Pernah dengar brand activism? Ini merupakan strategi yang diambil oleh pelaku bisnis untuk terlibat atau mengangkat isu sosial, lingkungan, ekonomi, atau bahkan politik. Salah satu perusahaan di Indonesia yang mengambil langkah ini adalah The Body Shop.

Kepedulian The Body Shop terhadap isu lingkungan sudah tidak perlu lagi dipertanyakan. Berbagai kampanye untuk melestarikan lingkungan digalakkan oleh brand besutan Anita Roddick ini.

Bukan hanya kampanye dalam hal pemasaran saja, namun The Body Shop juga mengimplementasikannya ke berbagai lini di dalam perusahaan.

Sejumlah kampanye yang unik diperkenalkan kepada konsumen. Salah satu yang terbilang sukses dan terus eksis hingga saat ini adalah Bring Back Our Bottle. Sejak diperkenalkan pada tahun 2008, program ini tercatat telah mengumpulkan lebih dari sembilan juta kemasan yang kembali. Dan, angka tersebut diharapkan terus bertambah seiring dengan edukasi yang terus dilakukan perusahaan kepada konsumen.

“Satu dari lima botol produk kami kembali. Ini artinya sekitar 20% kemasan tersebut kembali kepada kami dan bisa kami olah kembali bersama mitra menjadi produk-produk yang memiliki nilai jual dan estetik. Inilah circular economy,” jelas Executive Chairperson dan Owner The Body Shop Indonesia Suzy Hutomo pada peluncuran konsep gerai baru di Mal Kota Kasablanka, Kamis (19/05) lalu.

Permasalahan lingkungan sudah jadi isu yang banyak dibicarakan. Berbagai upaya juga sudah didorong untuk menanggulanginya. Namun, masih saja ada pertanyaan langkah apa yang belum dilakukan masyarakat.

Pertanyaan ini, menurut CEO The Body Shop Indonesia Aryo Widiwardhono muncul karena banyak masyarakat yang sudah aware mengenai permasalahan ini tetapi masih kurang pengetahuan. Dan, di sinilah perusahaan mengambil tindakan yakni mendorong orang-orang yang memiliki informasi untuk berbicara (speak up).

“Zaman sekarang sulit jika hanya one way. Harus ada ajakan untuk lebih peduli lagi dan distimulasi untuk berpikir,” imbuh Aryo.

Tidak hanya fokus pada isu lingkungan, The Body Shop juga menunjukkan kepedulian terhadap perjuangan terhadap kesetaraan hak, khususnya perempuan. Komitmen mereka ditunjukkan dengan pengumpulan tanda tangan petisi di laman www.tbsfightforsisterhood.co.id. Hingga artikel ini ditulis, mereka berhasil mengumpulkan 503.359 tanda tangan.

Lalu, sebenarnya apa yang didapatkan dari berbagai gerakan yang dilakukan The Body Shop untuk performa bisnis mereka? Suzy mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan perusahaan saat ini akan berdampak dalam jangka panjang.

Konsumen bisa datang karena menyukai produk suatu merek. Tetapi, dampak jangka panjang dan lebih kuat bisa didapatkan secara tidak langsung dari strategi brand activism tadi. Konsumen yang mengenal merek dari kepeduliannya terhadap isu-isu di tengah masyarakat tadi Suzy yakini memiliki loyalitas yang lebih tinggi karena punya misi yang sama dengan brand.

“Pilarnya ada dua, melindungi planet dan keadilan sosial. Alasan kami berbisnis bukan hanya keuntungan tapi The Body Shop adalah brand activist yang hadir selama 30 tahun di Indonesia untuk terus membawa values yang kami harap mampu memberikan manfaat yang lebih luas,” tutup Suzy.

Related