Di balik geliat modernitasnya, Kelapa Gading tak pernah sekadar dikenal sebagai kawasan hunian atau pusat perbelanjaan. Kawasan ini menyimpan kekuatan yang tak lekang oleh waktu, yakni kuliner.
Julukan Kota Sejuta Makanan bukan isapan jempol. Dari jajanan kaki lima legendaris hingga restoran kekinian, Kelapa Gading telah tumbuh bersama kisah rasa yang diwariskan lintas generasi.
Perjalanan ini bermula pada 1983, saat Summarecon mengajak para pedagang dari Pecenongan ke area yang kini menjadi Summarecon Mall Kelapa Gading. Kala itu, kawasan ini dikenal sebagai Pusat Jajan Serba Ada (Pujaserba), lalu berubah menjadi Food Park, dan akhirnya menjelma menjadi Gading Food City pada tahun 2000.
Transformasi ini menjadi titik awal terbentuknya ekosistem kuliner yang terus berkembang, menciptakan ruang bagi para penjaja rasa untuk berinovasi, bertahan, dan meninggalkan kesan mendalam dalam ingatan masyarakat. Kini, dalam rangka memperingati 50 tahun perjalanannya, Summarecon menghadirkan The Gading Archive (TGA) sebagai bentuk penghargaan terhadap para pelaku kuliner yang telah berkontribusi membentuk identitas rasa di kawasan ini. Dalam bentuk ekshibisi, eksplorasi rasa, dan platform digital, The Gading Archive menghadirkan kisah-kisah di balik hidangan legendaris, tempat makan ikonik, hingga kuliner tersembunyi yang selama ini menjadi favorit warga lokal.
“Melalui The Gading Archive, kami ingin mengangkat kembali kekayaan kuliner yang selama ini menjadi bagian dari identitas Kelapa Gading. Setiap hidangan bukan hanya soal rasa, tetapi juga memori dan kisah perjuangan pelaku usahanya,” ujar Soegianto Nagaria, Director Summarecon dalam keterangan resminya kepada Marketeers, Rabu (4/6/2025).
BACA JUGA: Lanjutkan Ekspansi, MST Golf Buka Gerai Ketiga di Summarecon Serpong
Pengalaman kuliner di TGA dikurasi dalam beberapa kategori, mulai dari Legendary yang menampilkan restoran berusia lebih dari dua dekade seperti Homemade Bakery, Pempek Palembang & Otak-Otak 161, Gado-Gado AA, Bakmi Tan, Rumah Makan Marannu, Warung Tahu, Wiro Sableng, Si Jempol, Sari 21, hingga Bakmi Aloi. Lalu, Only in Gading, tempat makan unik yang hanya dapat ditemukan di Kelapa Gading seperti Martabak Bong Ngian, Bakso Ragil, Ippeke Komachi, Sate Afrika H. Ismail Coulibaly, Warung SCI, Nasi Uduk Lapangan Tenis, Unank Juice.
Semua kuliner tersebut tentunya menjadi Hidden Gem yang mengangkat tempat makan tak banyak dikenal, namun menyimpan kelezatan istimewa. TGA juga mendengar apa yang menjadi restoran-restoran pendatang baru yang viral lewat rekomendasi dan minat warga Kelapa Gading.
Pengunjung juga dapat mencicipi menu spesial dari 20 tenant kuliner pilihan, menjelajahi pameran video dan foto yang menampilkan hasil foto tenant-tenant, hingga mengikuti aktivitas interaktif, seperti Passport Food Tour, yang mana mereka bisa mengumpulkan stiker dari setiap tenant dan menukarkannya dengan hadiah menarik seperti merchandise eksklusif hingga kamera Instax.
BACA JUGA: Paramount Land Luncurkan Pasadena Square North Fase 2 di Gading Serpong
Kegiatan Do It Yourself (DIY) seperti membuat drip coffee bag, gantungan kunci, dan kreasi dari rempah-rempah Indonesia juga dihadirkan untuk membangkitkan pengalaman yang lebih personal dan berkesan. Lebih dari sekadar merayakan makanan, The Gading Archive menjadi ruang untuk mengenang dan melestarikan warisan kuliner sebagai bagian dari identitas komunitas.
Dengan menghadirkan generasi baru pelaku usaha dan memanfaatkan platform digital, inisiatif ini membuka jalan bagi keberlanjutan budaya kuliner yang selama ini hidup di tengah masyarakat.
“Melalui kehadiran The Gading Archive, harapannya warisan cita rasa ini terus dikenang dan dinikmati oleh generasi berikutnya,” tutur Soegianto.
Editor: Ranto Rajagukguk