Tiga Strategi Prioritas Ancol Bangun Rasa Percaya Pengunjung

marketeers article

Saat ini, masyarakat khususnya yang berada di Jakarta harus kembali menaati kebijakan dari pemerintah untuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hal ini jelas kembali memengaruhi industri yang berhubungan dengan kunjungan masyarakat, salah satunya industri pariwisata.

Belajar dari PSBB jilid I, para pelaku usaha tempat wisata kemudian memahami adanya perubahan perilaku konsumen. Dan, perubahan yang paling menonjol adalah kebiasaan masyarakat yang cenderung memprioritaskan kesehatan dan gaya hidup higienis. Menyadari hal ini, Ancol kemudian mempersiapkan strategi untuk menghadapi masa di mana PSBB sudah tidak diberlakukan lagi.

“Dari temuan kami, banyak masyarakat yang ingin kembali berlibur, pergi ke kantor, atau sesederhana pergi makan siang bersama teman. Tapi, mereka tetap memprioritaskan kesehatan sehingga cenderung berkegiatan di rumah untuk menjalankan social distancing,” ungkap VP Brand Promotion & Activation PT Pembangunan Jaya Ancol Ticha Desanti pada acara Jakarta Marketing Week (JMW) 2020, Jumat (18/09/2020).

Lebih lanjut Ticha menjelaskan bahwa dengan perubahan prioritas yang ada ini, saat PSBB tak lagi diberlakukan masyarakat tetap membutuhkan tempat wisata yang mengimplementasikan protokol kesehatan dengan baik. Sebab itu, penting bagi pelaku wisata untuk memegang komitmen untuk menerapkan protokol yang sudah ditetapkan.

Dengan komitmen untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pengunjung ketika PSBB sudah tak lagi diberlakukan, Ancol sudah bersiap dengan kampanye #SSBB atau Senang Selamat Bareng-Bareng. Dalam kampanye ini, Ancol memiliki tiga prioritas untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.

Pertama, cashless payment. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir perpindahan uang dari satu orang ke orang lainnya. Sehinggga bisa juga mencegah perpindahan virus atau bakteri. Hal ini juga merupakan transformasi cukup besar yang Ancol, jika sebelumnya pembelian tiket memberlakukan sistem offline sekarang semua proses diubah menjadi online.

“Dari cash menjadi cashless. Ini merupakan langkah besar bagi kami karena sebelumnya Ancol khawatir untuk menerapkan shifting proses pembayaran atau pembelian tiket. Karena, kami berpikir masih banyak pengunjung yang belum siap menerima sistem online,” tutur Ticha.

Tapi, COVID-19 memaksa transformasi ini berjalan. Ancol pun memberanikan diri untuk melakukan perubahan proses pembelian tiket dari offline ke online. Setelah PSBB jilid I lalu, Ancol melihat tidak terjadi penurunan karena sistem yang diberlakukan.

Kedua, physical distancing dengan jarak 1,5 sampai 2 meter yang kami terapkan di Ancol mulai dari Dunia Fantasi, Ocean Dream Samudera, hingga Sea World. Setelah PSBB jilid I berakhir, pemerintah menganjurkan max 50% untuk kapasitas tempat publik. Namun, Ancol mengambil kebijakan berbeda dengan hanya menerima pengunjung sebanya 20-30% saja.

Hal ini merupakan komitmen Ancol untuk menjaga keamanan dan memprioritaskan kesehatan pengunjung. Ancol memilih untuk meningkatkan kapasitas tersebut secara bertahap. Di dalam Ancol pun pengunjung bisa melihat sejumlah papan tanda untuk memastikan jarak yang diperbolehkan.

Ketiga, higienis. Di sini kami menyiapkan spot-spot untuk membersihkan tangan, seperti tempat dengan air mengalir dan sabun serta pemberian hand sanitizer sebelum menaiki wahana yang akan dilakukan langsung oleh petugas. Selain itu, sebelum dan sesudah jam operasional, Ancol melakukan penyemprotan disinfektan ke setiap sisi.

Ketiganya merupakan upaya Ancol untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung nantinya. Sehingga selepas kunjungan, mereka bisa kembali ke rumah dengan aman dan hal ini tentu bukan untuk individu saja tetapi untuk orang-orang di sekitar dan pengunjung lainnya.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related