Tiga Strategi Taspen Menjadi Perusahaan Kekinian

marketeers article

Banyak perusahaan yang selama ini namanya tidak bergitu terdengar, mulai muncul ke permukaan. Semua ini berkat kemajuan teknologi yang mendorong perubahan pola perilaku konsumen dan bisnis model perusahaan. Dorongan dari pemerintah pun, khususnya untuk menerapkan konsep industry 4.0. Beragam transformasi pun dilakukan oleh para pelaku bisnis Tanah Air.

Tidak terkecuali perusahaan plat merah seperti PT Taspen (Persero).  Semangat ini pun disampaikan oleh Direktur Utama Taspen Iqbal Latanro dalam acara BUMN Marketeers Club ke-59 di kantornya di Jakarta. “Sebagai perusahaan publik, soal pelayananan, digitalisasi dan memberikan kemudahan adalah nomor satu bagi kami. Key Performance Index (KPI) kami dalam bekerja pun adalah kepuasan pelanggan, baik untuk pihak luar mau pun internal kami. Kini, tingkat kepuasan konsumen kami berada di level 99,13 poin,” ujar Iqbal.

Semangat tersebut pun didukung oleh Hermawan Kartajaya, Founder & Executive Chairman MarkPlus, Inc. Menurutnya, di era sekarang ini perusahaan harus menganut semangat optimisme di tengah pesimisme yang banyak ditunjukkan oleh para pelaku bisnis. “Selagi kompetitor tidak melakukan apa-apa, saatnya bagi kita untuk mengambil inisiatif,” ujar Hermawan.

Taspen pun menganut tiga strategi besar untuk beradaptasi dan membangun bisnis yang berkelanjutan. Tiga strategi tersebut meliputi reformasi layanan berbasis teknologi, reformasi SDM, dan pengembangan anak usaha. Ketiga strategi ini selanjutnya dikemas dengan konsep customer centric. 

Menurut Iqbal, meski Taspen menjalankan bisnis asuransi sosial, pihaknya tetap harus mengedepankan digitalisasi dan service excellence. “Dalam menjalankan dua hal ini kami memiliki tiga komitmen. Pertama, birokrasi layanan yang cepat. Komitmen kami adalah melayani konsumen dalam satu jam. Tidak lebih. Dan, tahun depan kami percepat proses layanan menjadi 45 menit saja. Kedua, layanan pro-aktif. Kami ingin meyakinkan rekan-rekan yang mulai memasuki masa pensiun untuk tidak khawatir. Dua hari sebelum mereka pensiun, kami akan menghampiri mereka dan memastikan uang pensiun mereka terkirim dengan baik,” jelas Iqbal.

Iqbal melanjutkan, komitmen ketiga adalah mengimplementasikan bisnis 4.0. Salah satunya dengan berkolaborasi dengan banyak pihak. Pasalnya, bisnis masa depan itu adalah soal kemitraan dan kerjasama. “Di sisi lain, bisnis asuransi banyak menghadapi masalah soal pengelolaan investasi. Kami ingin keluar dari permasalahan tersebut dan mencari jalan keluar sebagai solusi. Untuk itu, kami menghidupkan beberapa anak usaha,” tutup Iqbal.

Editor: Sigit Kurniawan

Related