Tiga Tips bekerja Hybrid yang Sukses Ala Dell Technologies

marketeers article
Hybrid work after virus crisis, employee choice to work remotely from home or on-site office for best productivity and result concept, businessman with hybrid cloth work both from home and office.

Pandemi COVID-19 memunculkan tren-tren baru di kehidupan masyarakat, salah satunya adalah tren kerja hybrid. Tren ini yakni menggabungkan antara bekerja di kantor dengan di rumah atau lokasi lainnya.

Namun demikian, tren ini menimbulkan banyak tantangan untuk oganisasi/perusahaan. Mereka perlu memikirkan bagaimana agar para karyawan tetap bisa bekerja dengan produktif dan optimal walaupun tidak bekerja di kantor.

Dell Technologies melihat hal tersebut dan baru-baru ini membagikan wawasan untuk membantu organisasi/perusahaan di Asia Pasifik dan Jepang dalam menjalani dan memimpin karyawan mereka menuju cara bekerja hybrid di masa depan. Laporan bertajuk Leading the Next Hybrid Workforce ini memaparkan wawasan dari beberapa ahli untuk melengkapi dan menegaskan temuan dari Dell Technologies Remote Work Readiness (RWR) Index yang di publikasikan awal tahun 2021.

Jean-Guillaume (JG) Pons, Senior Vice President &General Manager, Client Solutions Group, Asia Pasifik, Jepang dan China, Dell Technologies memaparkan bahwa perusahaan harus fokus untuk membantu karyawan mereka untuk bisa tetap produktif, di mana pun mereka bekerja. Oleh sebab itu, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan.

“Ada tiga faktor penting yang harus menjadi prioritas perusahaan untuk membangun fondasi cara bekerja hybrid yang sukses dan berkelanjutan. Ketiga faktor tersebut, yakni kepemimpinan, struktur, dan budaya kerja,” papar Pons.

Pertama, faktor kepemimpinan. Dalam laporan Dell, semua ahli menekankan bahwa pemimpin perusahaan memainkan peran penting untuk menyukseskan cara kerja hybrid. Mereka harus memiliki tujuan yang jelas dan transparan serta memiliki empati dan memahami tantangan yang dihadapi oleh pegawai mereka.

“Pemimpin yang memiliki tujuan yang jelas itu penting agar bisa membawa kemajuan bagi perusahaan. Selain itu, mereka juga harus memimpin dengan empati dan memahami tantangan yang dihadapi para karyawan, yaitu kurangnya komunikasi tatap muka hingga hilangnya Batasan antar akehidupan profesional dan pribadi,” jelas Pons.

Kedua, faktor struktur. Untuk menyukseskan cara kerja hybrid, perusahaan perlu memahami apa yang dibutuhkan oleh para karyawannya untuk membantu mereka agar tetap produktif walaupun bekerja dalam jarak jauh.

“Untuk menyukseskan cara kerja hybrid, hindari struktur “one size fit all”. Sebagai gantinya, perusahaan harus memahami karyawan mereka, pahami kebutuhan mereka. Saran kami, sediakan platform bagi karyawan untuk berbagi ide, dan buatlah alokasi anggaran khusus untuk peralatan dan perangkat baru untuk membantu produktivitas karyawan,” katanya.

Terakhir, faktor budaya kerja. Untuk membangun budaya kerja, harus direncanakan dengan baik. Misalnya, perusahaan bisa menghadirkan sesi pelatihan dan pengembangan. Perusahaan juga bisa membuat anggaran khusus untuk aktivitas interaksi sosial rutin antar karyawan. Selain itu, perusahaan harus bisa memastikan bahwa semua karyawan secara teratur melakukan tatap muka dengan atasan mereka dan mengikuti aktivitas-aktivitas perusahaan.

“Adanya cara kerja hybrid ini membuat perusahaan harus berfikir kembali cara agar mereka bisa tetap engage dengan karyawan. Rekomendasi dari kami adalah perusahaan bisa membuat platform kreatif untuk mengasah kemampuan karyawan, dan membuat anggaran khusus untuk aktivitas rutin perusahaan,”pungkasnya.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related