Match Group, perusahaan induk Tinder, yang berencana meluncurkan asisten berbasis teknologi kecerdasan buatan (AI/Artificial Intelligence) pada Maret 2025. Kecerdasan buatan kini sudah mulai merambah berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dalam urusan mencari pasangan.
Dilansir dari The Guardian, Selasa (31/12/2024), teknologi ini dirancang untuk membantu pengguna di setiap tahap proses kencan daring. Mulai dari memilih foto profil yang paling menarik, mengisi biodata dengan informasi yang tepat, hingga memberikan rekomendasi pesan untuk calon pasangan.
Asisten AI tersebut tidak hanya fokus pada estetika profil, tetapi juga menawarkan wawancara interaktif dengan pengguna untuk memahami kebutuhan dan preferensi mereka. Dari hasil wawancara ini, AI akan memberikan saran tentang pasangan yang paling cocok.
BACA JUGA: Antisipasi Traffic Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, Smartfren Tingkatkan Kapasitas Jaringan
Bahkan, AI bisa membantu pengguna yang kesulitan mendapat perhatian dengan memberikan tips agar profil mereka lebih menarik. CEO Match Group, Bernard Kim, lantas menyebut bahwa pengenalan AI ini adalah langkah awal dari apa yang ia sebut sebagai transformasi AI.
“Teknologi ini akan mengubah seluruh pengalaman kencan, mulai dari pembuatan profil hingga menemukan pasangan dan mengatur pertemuan,” ujar Kim.
Presiden Match Group, Gary Swidler, menambahkan bahwa teknologi AI ini dirancang untuk meminimalkan usaha pengguna tetapi tetap memberikan hasil yang optimal. “AI akan membuat proses mencocokkan dan komunikasi setelah cocok menjadi jauh lebih lancar,” katanya.
BACA JUGA: Tak Cuma WhatsApp, Begini Cara Pakai Meta AI di Instagram
Meski terdengar menjanjikan, teknologi ini juga menuai kritik. Seorang peneliti dari Universitas Tartu, Anastasiia Babash, memperingatkan ketergantungan pada AI bisa membuat pengguna kehilangan kemampuan untuk berinteraksi secara spontan dan membangun koneksi yang tulus.
Selain itu, ada kekhawatiran mengenai privasi data. Aplikasi kencan seperti Tinder terus mengumpulkan data pengguna untuk melatih algoritmanya, yang dapat membuka risiko penyalahgunaan data atau bias dalam sistem.
Meski begitu, CEO Tinder, Faye Iosotaluno, memastikan bahwa pihaknya berhati-hati dalam mengintegrasikan teknologi ini. “Kami percaya AI punya potensi besar untuk merevolusi cara pengguna berinteraksi di aplikasi kencan,” ujarnya.
Editor: Bernadinus Adi Pramudita