Tingkatkan Kinerja, BTPN Setujui Right Issue dan Treasury Stock

marketeers article
Ilustrasi Bank BTPN. Sumber gambar: 123rf.

PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 7 Desember 2023. Dalam kegiatan tersebut, pemegang saham menyetujui perseroan untuk melakukan aksi korporasi dengan penarikan saham-saham hasil pembelian kembali (treasury stock) dan penambahan modal (right issue).

Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munandar menuturkan dalam pelaksanaannya perseroan melakukan treasury stock sejumlah 92,2 juta lembar saham. Selanjutnya, untuk right issue BTPN menambah sebanyak 3,09 miliar saham biasa atas nama dengan nilai  nominal Rp 20  per saham.

BACA JUGA: Semester I, Bank BTPN Kantongi Pendapatan Rp 5,95 Triliun

“Dengan pelaksanaan penarikan treasury stock ini, modal ditempatkan dan disetor akan berkurang, namun modal dalam simpanan (portepel) akan bertambah dan total saham yang dimiliki oleh masing masing pemegang saham tidak akan berkurang. Penarikan treasury stock ini pun tidak berdampak pada kinerja keuangan perseroan, karenanya tidak akan mengganggu pemenuhan kewajiban kepada pihak ketiga,” kata Henoch melalui keterangannya, Jumat (8/12/2023).

Menurutnya, dalam kondisi pasar yang fluktuatif karena dampak dari COVID-19 dan ketidakpastian global  lainnya, jumlah treasury stock sampai dengan 30 September 2023 adalah sejumlah 92,3 juta. Artinya, hanya sebanyak 250.000 saham atau 0,27% dari total Treasury Stock Perseroan yang berhasil dialihkan  ke publik melalui penjualan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Mengingat batas waktu pengalihan akan berakhir pada tahun 2024, perseroan bermaksud menarik treasury stock ke dalam modal dalam simpanan sebagai upaya pengalihan saham lainnya yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 2 Tahun 2013.

BACA JUGA: Terbitkan Obligasi Hijau, IFC Gandeng Bank BTPN

Adapun dari sisi penambahan modal setelah right issue, BTPN akan menggunakan seluruh dana yang diterimanya untuk pembiayaan proyek yang akan datang. Tujuannya guna mendapatkan pertumbuhan inorganic, termasuk pula di dalamnya melakukan akuisisi di perusahaan lain.

“Saham baru tersebut akan diterbitkan dari portepel perseroan dan akan dicatatkan di BEI sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Saham baru tersebut pun akan memiliki hak yang sama dan sederajat dalam segala aspek dengan seluruh saham lama perseroan, termasuk hak atas  dividen,”ujarnya.

Henoch menyebut dari sisi kinerja keuangan, BTPN mencatat pertumbuhan positif dengan meningkatnya pendapatan bunga, pendapatan bunga bersih, dan marjin  bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) sepanjang Januari hingga September 2023.

Tercatat, pendapatan bunga tumbuh sebesar 23% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 14,049 miliar, sementara pendapatan bunga bersih tercatat sebesar Rp 8,996 miliar, atau naik 4%, di tengah kenaikan suku bunga. NIM tercatat sebesar 6,44% lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yakni sebesar  6,36%.

“Banyak tantangan yang dihadapi industri perbankan Indonesia di sepanjang tahun 2023 dengan meningkatnya suku bunga, diantaranya dan ketidakpastian global lainnya. Namun, kami bersyukur Bank BTPN tetap mampu mencatatkan hasil kinerja positif sepanjang tahun 2023 ini,” katanya.

Di sisi lain, Bank BTPN memutuskan untuk menambah pencadangan kredit pada tahun 2023 sebagai bagian dari antisipasi Bank terkait proses restrukturisasi nasabah korporasi dan sebagai bagian dari upaya mitigasi dari berakhirnya kebijakan stimulus COVID-19 dari pemerintah. Dengan adanya penambahan pencadangan ini, biaya kredit meningkat sebesar Rp 608 miliar, yang kemudian  memengaruhi laba bersih setelah pajak perseroan.

Laba bersih setelah pajak Bank BTPN (konsolidasi) yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat di level Rp 2,094 miliar sepanjang Januari hingga September 2023, lebih rendah 13% (yoy). Dari sisi pertumbuhan kredit, segmen usaha kecil dan menengah (UKM) dan syariah tercatat masing masing meningkat sebesar 21% dan 5% (yoy).

Total kredit yang disalurkan oleh Bank BTPN per akhir September 2023 meningkat sebesar 3.2% (year-to-date/ytd) di posisi Rp 150,8 triliun dengan total aset mencapai Rp 195,84  triliun. Pre-Provision Operating Profit (PPOP) berada di level Rp 4,975 miliar meningkat dibandingkan  periode tahun lalu yaitu Rp 4,912 miliar.

“Pertumbuhan kredit sejatinya sudah ditargetkan oleh masing-masing bank sesuai arahan dari regulator, baik Bank Indonesia maupun OJK. Bank BTPN berharap agar di tahun 2024 Dana Pihak Ketiga (DPK) tetap bertumbuh sebagai salah satu faktor menunjang pertumbuhan kredit di perbankan, mengimbangi persentase yang telah ditetapkan regulator,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related