Tipping Point, Sebuah Strategi Tepat Word of Mouth

marketeers article

Oleh Roma Muhammad,
Internet Marketing Expert
Google Partner-Facebook Blueprint Certified

Meski banyak strategi yang dikemukakan berkaitan dengan Word of Mouth (WOM) ini, namun banyak pihak sepakat bahwa strategi yang paling mudah dieksekusi untuk menciptakan WOM ini adalah Strategi Tipping Point. Tipping Point pertama kali diperkenalkan oleh Malcolm Gladwell di tahun 2000an, tak hanya mengupas lengkap apa saja faktor yang bisa menjadikan sesuatu hal menjadi buah bibir, namun juga tahapan yang perlu dilakukan untuk membuat WOM ini terjadi dengan baik.

Secara sederhana ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan agar getok tular ini bisa terjadi dengan baik. Menariknya, semua hal tersedak but bisa dieksekusi dan diduplikasi sewaktu-waktu. Sehingga bukan hal yang sifatnya kebetulan atau keberuntungan

1.       Law of the Few (Hukum yang Sedikit): Mavens, Connector, Salesman

Jika dicermati dari berbagai case di atas, ternyata tidak membutuhkan banyak pihak untuk mendorong terjadinya WOM. Ibarat menggelindingkan bola salju dari atas bukit, kita tidak membutuhkan bola salju yang terlalu besar hanya untuk mencapai hasil yang kita inginkan. Kita hanya perlu bekerja sama erat dengan berbagai pihak yang tepat.

Mavens atau orang yang serba tahu merupakan pusat dari semua episentrum ini. Sebagai orang yang dapat dipercaya dan mengetahui banyak hal, apapun informasi yang keluar dari Mavens biasanya akan diamini oleh banyak orang nyaris tanpa berpikir lagi.

Salesman sebagai pihak yang akan “menjual” semua ide dan informasi ini ke tengah masyarakat. Seperti layaknya corong yang bersuara keras dan langsung berhubungan dengan audience.

Connector atau penghubung adalah pihak yang menghubungkan antara Maven dengan Salesman sehingga informasi bisa sesegera mungkin tersampaikan kepada masyarakat dengan baik.

Ketiga pihak itu harus ada dalam setiap kampanye WOM, meskipun seringkali seseorang mempunyai fungsi lebih dari satu. Misalnya, seorang pemusik yang memiliki fans loyal sangat banyak bisa berfungsi sebagai Maven sekaligus sebagai Salesman. Sehingga, ketika dia mengemukakan opininya dalam dunia musik selain masyarakat mempercayainya, informasi juga dapat segera tersebar meluas

2.       Kekuatan Konteks

Kekuatan Konteks menjadi hal yang sangat penting dalam semua orkestrasi strategi ini. Konteks ini tidak hanya harus dipahami dengan baik oleh audience, namun juga kesesuaian situasi dan kondisi yang melingkupinya harus saling mendukung.

Dalam case Hush Puppies diatas, Anna Sui yang sebelumnya telah dikenal masyarakat sebagai desainer papan atas menyatakan akan menggunakan produk Hush Puppies sepanjang tahun. Hal itulah yang menjadi salah satu pemicu masyarakat berbondong-bondong menyerbu. Boleh jadi hasilnya akan jauh berbeda jika statement tersebut dikeluarkan oleh orang yang sama sekali tidak mengerti soal fashion ataupun yang tidak berkecimpung sama sekali di dunia tersebut.

Dengan konteks yang tepat, kita pun dapat mendorong arus informasi ke arah yang tepat.

3.       Stickiness Factor (Faktor Kelekatan)

Semua hal tentang dua hal diatas akan sia-sia jika strategi ini tidak dibarengi dengan Faktor Kelekatan. Faktor inilah yang bisa menembus pikiran bawah sadar dan membuatnya tersimpan rapi dalam ingatan audience yang pada akhirnya membuatnya bertindak ke arah yang kita inginkan.

Faktor Kelekatan ini dapat di-develop dengan komunikasi yang efektif, menarik dan terus-menerus.

Berkomunikasi dengan konteks yang tepat, dengan sekelompok pihak yang tepat akan memastikan Faktor Kelekatan ini terbentuk dengan cepat.

Related