Tips Urban Farming Bagi Pemula

profile photo reporter Estu Maranti
EstuMaranti
19 September 2020
marketeers article

Saat ini, urban farming menjadi salah satu hobi yang diminati oleh masyarakat perkotaan. Tidak hanya menjadi cara untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, hobi ini juga telah menjadi salah satu gaya hidup masyarakat urban.

Lantas, apa itu urban farming? Cara bercocok tanam ini diklaim mampu menjawab kebutuhan akan lahan perkotaan yang sempit dan sedikit lahan terbuka. Syarif Syaifulloh, Owner Haiqal’s Garden & Indonesian membagikan tips cara urban farming.

“Pertama, tentu saja menyiapkan alat dan bahannya, seperti cangkul, garpu congkel, sekop kecil, dan sarung tangan. Tidak lupa kayu atau papan untuk penyangga sehingga lahan atau tanah tidak runtuh, serta batu bata. Saya selalu menggunakan alat-alat ini,” kata Syarif pada acara Jakarta Marketing Week 2020, Sabtu, (19/09/2020).

Kemudian, persiapkan lahan untuk menanam. Lahan yang berumput perlu dikosongan terlebih dahulu dengan menggunakan garpu. Rumput perlu dicabut hingga ke akar untuk menghindari rumput tumbuh kembali.

“Kadang ini menjadi kesalahan pemula, kalau kita menggunakan rumput yang kosong, kemudian kita asal cangkul tanpa membuang rumput tersebut. Rumput akan kembali tumbuh dengan subur,” kata Syarif.

Setelahnya adalah pembibitan. Syarif mengatakan, pembibitan harus dilakukan secara manual dan dapat dilakukan dengan mudah. Ambil tanah yang dijadikan lahan, yang pastinya terdapat unsur hara atau tanah yang subur. Tanah yang subur menjadi sangat krusial. Jika tanah dikira tidak subur bisa mencampurkan tanah dengan pupuk organik.

“Pembibitan bisa menggunakan poly bag yang berbentuk cup. Kemudian jangan lupa di bawahnya ditusuk tiga kali untuk pengaliran air. Satu poly bag bisa dimasukkan tiga sampai sepuluh bibit,” jelas Syarif.

Untuk lahan dapat memaksimalkan dengan sistem vertikal lurus. Jangan lupa untuk memperhatikan jarak dan sesuaikan dengan tanaman yang ingin ditanam. Misalnya, jarang tanaman kangkung sekitar satu jengkal dan kale sekitar 30 cm.

Syarif juga mengatakan, teknik tumpang sari dapat menjadi teknik yang cocok digunakan saat urban farming agar mendapatkan hasil tanaman yang maksimal. Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran berupa pelibatan dua jenit atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan.

“Dengan menggunakan tumpang sari, kita bisa memanfaatkan lahan semaksimalkan mungkin, baik vertikal maupun horizontal. Pemanfaatan lahan yang kosong bisa dilakukan dengan berbagai cara, asal kita niat untuk melakukannya,” tutup Syarif.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related