UFO di Jakarta Jadi Penanda Evolusi Iklan Luar Ruang?

marketeers article

Pernah melihat UFO keluar dari gedung jangkung di Jakarta, kemudian terbang di samping gedung secara berayun, dan kemudian melesat masuk ke gedung lagi dan menghilang bersama kilatan cahaya?

Kalau belum pernah, cobalah Anda pergi ke kawasan Sudirman, tepatnya di depan gedung Chase Plaza. Tentu saja bukan piring terbang sungguhan, melainkan animasi tiga dimensi yang muncul di videotron besar yang dipasang di sisi gedung berlantai 27 itu. Tayangan ini cukup memancing perhatian orang-orang di sekitar sentra bisnis tersebut maupun para pengendara yang melintas atau yang sedang berteduh di halte lantaran hujan. Tak hanya UFO, dari bilboard videotron 3D tersebut, tayang serangkaian iklan dalam kemasan tiga dimensi sehingga tampak lebih hidup.

Videotron 3D ini menjadi media periklanan baru yang sekarang sedang ngetren. Di media sosial, misalnya, berseliweran video-video tentang bilboard digital ini dari kota-kota besar di dunia dengan aneka konten keren dan kreatif. Di Indonesia, LED videotron berkonsep 3D Illusions hadir pertama kali pada Juli tahun lalu dan diluncurkan oleh PRiSMA Advertising dengan videotron di Chase Plaza itu sebagai karyanya.

“Videotron sebenarnya sudah mulai tumbuh beberapa tahun lalu. Namun, semakin mendapat momentumnya akhir-akhir ini, terutama saat pandemi sudah mulai mereda,” kata Janoe Arijanto, Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) saat dimintai komentar oleh Marketeers, Rabu (26/01/2022).

Videotron tersebut, sambung Janoe, memiliki beberapa kelebihan, seperti lebih interaktif dan lebih efisien karena pengiklan bisa memanfaatkan inventori iklan dalam jumlah slot tertentu. Selain itu, videotron juga bisa ditawarkan dalam model penjadwalan yang lebih fleksibel dengan volume trafik atau kelayakan waktu.

Evolusi OOH

Iklan luar ruang atau out-of-home advertising (OOH) menjadi salah satu bentuk periklanan paling tua. Perkembangan teknologi mendorong OOH berevolusi ke lebih canggih. Videotron 3D ini menandai evolusi terbaru dengan konsep iklan luar ruang yang lebih hidup dan interaktif sehingga mampu lebih berdaya dalam membangun brand awareness yang menjadi salah satu tujuan iklan.

Coca-Cola menjadi contoh paling kentara jejak evolusi OOH itu, sejak tahun 1960-an hingga tahun 2000an, berlanjut menayangkan bilboard digital pertamanya di Time Square pada tahun 2004, dan mengawali debut bilboard 3D robotik di tempat yang sama pada tahun 2017. Sekarang ini, LED 3D ini mulai diadopsi di banyak negara, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta.

Pengalaman Baru

Bilboard konvensional selalu ditempatkan di kawasan sibuk ataupun titik-titik strategis agar mendapatkan eksposur lebih luas dari publik. Hingga saat ini, bilboard ini masih dianggap sebagai media beriklan mumpuni meski sempat mengalami penurunan karena pembatasan sosial akibat pandemi. Setelah pembatasan dilonggarkan dan banyak orang mulai beraktivitas lagi di luar rumah, papan iklan mendapat momentumnya kembali, apalagi dengan sentuhan teknologi 3D yang meningkatkan daya tarik.

Teknologi 3D memberi pengalaman baru bagi audiens saat bersinggungan dengan iklan. Apalagi mungkin orang-orang juga sudah mulai bosan dengan iklan-iklan statis, kecuali kontennya superunik, menarik, dan lain dari biasanya. Papan iklan 3D mengusung sejumlah manfaat. Yang paling menarik, papan ini tak hanya mengiklankan merek, tetapi mampu memberi kenangan dan pengalaman visual yang menyenangkan. Elemen seperti warna, transisi, animasi, visual bergerak, efek suara, dan sebagainya akan membuat pancaindera orang-orang yang menonton ikut bekerja. Dampaknya, new experience yang membekas dan berpotensi viral.

Karena lebih mengikat perhatian penonton, LED 3D bisa mampu membuat orang menonton iklan tersebut dengan durasi waktu lebih lama ketimbang iklan konvensional yang mungkin membosankan. Seperti tayangan UFO di Jakarta yang muncul dari papan iklan digital tadi.

Iklan 3D menjawab customer journey yang sudah berubah di era digital saat ini, yakni aware, appeal, ask, act, dan advocate (5A). Sentuhan 3D tersebut membuat orang-orang sudah langsung appeal dan berpotensi besar untuk langkah selanjutnya. Termasuk memviralkan pengalaman baru itu ke orang lain melalui media sosial. Belum lagi iklan luar ruang digital ini bisa dikustomisasi sedemikian rupa, entah dengan platform interaktif, konten storytelling, dan sebagainya yang memberi pengalaman lebih dalam. Sebaliknya, iklan tanpa daya tarik, justru akan buang-buang duit saja.

Potensi di Indonesia

Media luar ruang masih memiliki peluang besar di Indonesia. Bahkan, Nord & Smith dalam keterangan persnya November lalu, menyatakan tahun 2022 merupakan tahun revolusi periklanan luar ruang di Indonesia. Mengingat kemasan media OOH yang semakin menarik dan efektif ketika dikolaborasikan dengan teknologi digital.

Media luar ruang memiliki peluang mengingat tren beraktivitas di luar rumah sudah mulai menggeliat lagi, dari aktivitas perkantoran, belanja, dan sekolah. Kunjungan ke tempat-tempat luar ruang semakin banyak, dari sentra-sentra belanja, hingga tempat-tempat pariwisata.

Nord & Smith juga merilis platform inventori OOH terukur terbesar yang diklaim bakal merevolusi periklanan luar ruang di Tanah Air. Kunci kesuksesan revolusi tersebut terletak pada integrasi antara big data dan media luar ruang. Nord & Smith mengklaim bisa membantu merek di Indonesia untuk menganalisis impresi, raihan, profil audiens dari titik-titik media seperti billboard dan LED.

Yang jelas, LED 3D saat ini menjadi penanda evolusi dari papan iklan saat ini. Ini menjadi peluang bagi merek untuk membangun brand awareness dengan lebih kreatif dan memikat lebih dalam seperti LED 3D yang mengusung UFO di Jakarta tadi.

Related