Unilever Edukasi 1.500 Anak Muda Wujudkan Toleransi

marketeers article
Unit and concord in multiethnic team, all hands together

Toleransi tengah menjadi isu hangat yang banyak dibahas masyarakat Indonesia. Dengan status negara kepulauan yang memiliki ragam suku, bangsa, ras, dan agama nyatanya tidak membuat masyarakat benar-benar memahami adanya perbedaan. Sejumlah konflik perbedaan tetap terjadi, menandakan harus ada pihak-pihak yang kembali menekankan hal ini agar semakin dipahami.

Menurut Hernie Raharja, Chairman of Equality, Diversity, and Inclusion Board (ED & I) Unilever Indonesia, anak muda memiliki peran besar untuk membangun pemahaman toleransi masyarakat. Unilever memanfaatkan momentum Hari Lahir Pancasila untuk mengedukasi 1.500 milenial mengenai toleransi.

“Perlu dibangun diskusi utuk mewujukan dunia yang lebih toleran dan inklusif di mana persamaan dan perbedaan adalah kekuatan,” kata Hernie.

Unilever bekerja sama dengan Toleransi.id dan IDN Media menggelar diskusi Gue Udah Toleran Belum, Sih?  sebagai langkah awal membangun toleranasi anak muda. Dalam diskusi ini, Unilever menegaskan harus ada perlawanan terhadap diskriminasi yang sering terjadi tanpa disadari.

“Kita harus memastikan tidak ada pihak yang termarjinalkan. Semua orang harus bersikap atentif terhadap kondisi sekitar dan memahami bahwa kondisi hidup tentu berbeda-beda,” tambah Hernie.

Milenial memiliki potensi besar terhadap peningkatan toleransi. Laporan Indonesia Milenial Report 2020 dari IDN Media mengatakan ada tujuh tipe milenial. Namun, mereka sempat mengaku terbuka dan metolerir berbagai perbedaan. Hanya saja caranya berbeda-beda, tergantung pada kesempatan dan cara mereka melihat perbedaan tersebut.

Menyusul diskusi ini, Unilever mengungkapkan sejumlah komitmen baru untuk menciptakan korporasi yang toleran. Di antaranya kesetaraan gender, kesetaraan penyandang disabilitas, dan penghapusan diskriminasi dan stigma pada strategi pemasaran.

Dari sisi lingkungan kerja, kesetaraan gender dan penyandang disabilitas merupakan nilai yang sedang dibangun oleh Unilever. Perusahaan ini menargetkan kesetaraan gender di level manajerial pada tahun 2025. Selain itu, Unilever juga memberikan pelatihan pencegahan pelecehan seksual untuk 4.000 karyawan perempuan.

Dari sisi citra perusahaan dan merek, Unilever menegaskan upayanya untuk menghadirkan merek-merek inklusif pada tahun 2022. Perusahaan ini tengah melakukan inisiatif re-branding terhadap beberapa merek guna meningkatkan nilai toleransi dan menghapus diskriminasi.

Contohnya, merek Fair & Lovely yang sekarang berganti nama menjadi Glow & Lovely. Unilever berusaha menghapus pemahaman stereotipikal bahwa cantik hanya berlaku untuk orang berkulit putih. Masih dari produk kecantikan, POND’S juga berusaha menghapus diskriminasi lewat produk krim wajah yang tersedia dalam berbagai macam warna kulit.

“Rangkaian strategi ini dirangkum dalam Unilever Compass sebagai upaya untk menciptakan dunia yang lebih toleran. Kami ingin hadir sebagai merek yang menciptakan dunia tersebut dan mengajak konsumen melakukan hal yang sama ketika mengonsumsi produk Unilever,” tutup Hernie.

Related