Unilever Prediksi Ada Delapan Perubahan Perilaku Konsumen Pascapandemi

marketeers article

Perekonomian yang terkontraksi, ditambah dengan pembatasan mobilitas selama setahun ke belakang, telah berdampak besar pada perubahan perilaku konsumen di Indonesia. Unilever Indonesia memprediksi, setidaknya delapan perubahan perilaku konsumen akan terus bertahan bahkan setelah pandemi berakhir. Hal tersebut menunjukkan urgensi dari pelaku industri fast moving consumer goods (FMCG), seperti Unilever, untuk terus gesit merespons perubahan perilaku konsumen dan memanfaatkan momentum yang, bukan hanya membawa tantangan, tetapi juga membuka banyak peluang baru.

“Kehadiran Unilever Indonesia di IDE 2021 adalah salah satu bentuk semangat kami untuk terus menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak guna menyongsong era pemulihan pasca pandemi. Ditambah lagi, fakta menyebutkan bahwa konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi tertinggi dengan menyumbang 57,6% dari Produk Domestik Bruto. Dengan skala yang kami miliki, kami siap untuk terus memainkan peran kami dalam mendorong konsumsi masyarakat menuju kebangkitan perekonomian nasional,” kata Ira Noviarti, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk. dalam webinar Indonesia Data and Economic Forum (IDE) 2021, bertajuk Reimagining the Future of Indonesia, minggu lalu.

Prediksi Unilever Indonesia ini selaras dengan hasil survei terbaru dari Katadata Insight Center mengenai Perilaku Keuangan Konsumen Selama Pandemi COVID-19. Dalam survei yang melibatkan 2.491 responden di 34 provinsi ini, terlihat bahwa 76,6% responden merasa khawatir terhadap kondisi keuangan mereka. Sehingga, lebih berhati-hati dalam menentukan alokasi pengeluaran.

“Terungkap bahwa prioritas pengeluaran konsumen kini didominasi oleh barang kebutuhan sehari-hari (95,5%), biaya kesehatan (81,7%), dan untuk pendidikan (74,7%). Sementara barang elektronik (6,1%), kendaraan (4,1%), dan wisata, hiburan atau hobi (3,6%) menempati prioritas terbawah,” kata Mulya Amri, Direktur Riset Katadata Insight Center.

Lebih lanjut Ira menjelaskan kedelapan perilaku tersebut adalah, pertama, gaya hidup bersih dan sehat. Kesehatan akan tetap menjadi perhatian konsumen, tidak hanya di dalam tetapi juga di luar rumah sebagai bentuk proteksi diri. Merek yang terpercaya dan berkualitas akan semakin dicari. Kedua, semua aspek keseharian menjadi lebih fluid. Oleh karena itu, konsumen akan mencari produk yang membantu mereka tetap produktif di dalam rumah, dan produk yang dapat melindungi diri mereka secara efisien dan praktis di luar rumah.

Ketiga, in home romance atau in home experience menjadi semakin penting. Setelah setahun beraktivitas dari rumah, konsumen mencari cara dan produk agar tidak bosan dan terus menjaga kesehatan mental di rumah. Keempat, komunitas yang lebih kuat. Pandemi telah memperkuat rasa solidaritas kita sebagai bangsa. Dukungan untuk wirausaha lokal semakin banyak, komunitas yang ada di masyarakat juga semakin banyak.  Kelima, fenomena Reverse Maslow, yakni kebutuhan psikologis dan rasa aman termasuk lingkungan yang sehat dan higienis, serta keamanan finansial adalah prioritas utama konsumen.

Keenam, konsumen semakin teliti akan konsumsi dan pembelian yang mereka lakukan: Konsumen mencari value dan bukan harga semata. Ketujuh, gaya hidup serba digital: Internet tidak hanya membantu konsumen untuk membeli secara online tetapi juga untuk menjual dan berkegiatan. Hal ini akan terus belanjut di masa depan karena konsumen sudah mulai terbiasa menggunakan platform online dan digital dalam semua jenis kegiatan. Terakhir, lahirnya smart opportunist:  Social selling terutama dari media sosial meningkat, mulai dari barang-barang yang berhubungan dengan perlindungan kesehatan, hingga makanan/minuman.

“Tidak kalah penting, kami percaya bahwa keberlanjutan bisnis harus sejalan dengan manfaat yang kami bawa untuk masyarakat dan lingkungan. Di masa pandemi, komitmen untuk selalu bersama Indonesia kami wujudkan melalui kampanye #MariBerbagiPeran yang menaungi berbagai macam inisiatif untuk untuk mendukung masyarakat. Alhamdulillah kami dapat menyalurkan bantuan senilai lebih dari Rp 200 miliar secara bertahap sejak awal pandemi, baik secara independen maupun melalui kolaborasi dengan berbagai mitra di seluruh Indonesia,” jelas Ira.

Untuk mengantisipasi melemahnya daya beli konsumen dan berbagai tantangan tersebut, Unilever Indonesia meluncurkan produk-produk dalam ukuran kemasan dan harga yang lebih ekonomis. Dalam mengantisipasi perubahan pola belanja yang kini serba online, Unilever Indonesia telah melahirkan banyak inovasi di bidang digital seperti,  Unilever Home Delivery, eksistensi yang semakin kuat di jalur e-commerce. Kemudian, layanan untuk menjawab kebutuhan konsumen di tingkat profesional melalui Unilever Professional. Ada juga aplikasi Sahabat Warung untuk membantu para mitra pedagang warung agar tetap sehat selamat dan dapat tetap berjualan.

    Related