Upaya Bank DBS Persiapkan Mahasiswa untuk Hadapi Masa Depan

marketeers article
DBS Berpijar, program untuk menambah fiture ready skills. | Foto: 123RF

Bank DBS menegaskan kembali komitmen mereka untuk meningkatkan literasi digital dan finansial, khususnya di kalangan pelajar. Caranya adalah dengan program edukasi DBS Berpijar. 

Melalui aktivitas ini, perusahaan berupaya mewujudkan pilar ketiga mereka, yakni create impact beyond banking. Secara keseluruhan, upaya yang dilakukan Bank DBS adalah menargetkan dampak positif bagi masyarakat. 

BACA JUGA: Manulife dan Bank DBS Luncurkan MiFLIP Lewat Aplikasi digibank

Mengenai program ini, perusahaan mengangkat tema Enhancing Digital and Financial Literacy to Encounter Economic Challenges and Global Competitiveness. DBS Berpijar kali ini memiliki tiga modul, yaitu Financial Literacy for Youth, DIgital LIteracy for Youth, dan Sustainability in Business

Metode pembelajaran yang digunakan berbasis asinkron sehingga peserta memiliki fleksibilitas untuk memilih pengajar dan konten yang disajikan dalam format video dan tersedia di laman futureskills.id. DBS Berpijar juga menghadirkan berbagai praktisi dari Bank DBS Indonesia yang berpengalaman di bidangnya, di antaranya topik terkait digitalisasi, keuangan, marketing, keberlanjutan, sumber daya manusia (SDM) hingga teknologi. 

BACA JUGA: Bank DBS dan Komerce Genjot Peningkatan Literasi Keuangan UKM

Untuk program ini, perusahaan menggandeng Pijar Foundation, sebuah organisasi nirlaba penyedia jasa pendidikan berbasis teknologi.

“Kami berharap dapat memupuk dan membekali generasi muda dengan future ready skills yang sangat dibutuhkan untuk dapat diterapkan di masa depan. Kami juga senang dapat mendukung program pemerintah dengan sarana edukasi seperti ini. Ke depannya, kami berharap dapat menjangkau lebih banyak mahasiswa melalui program edukatif yang inovatif,” kata Mona Monika, Head of Group Strategic Marketing and Communications PT Bank DBS Indonesia dalam pernyataan resminya.

Sejak diluncurkan pada 15 Oktober lalu, batch pertama telah diikuti oleh lebih dari 1.000 mahasiswa dari 33 universitas di Indonesia. Sejalan dengan program Merdeka Belajar milik Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, program ini memungkinkan peserta yang telah menyelesaikan program untuk mendapatkan sertifikat yang dapat dikonversi menjadi Satuan Kredit Semester (SKS).

Editor: Ranto Rajagukguk

Related