Upaya SAS Bantu Pemerintah dengan Analisis Big Data

marketeers article
Dengan pertumbuhan perangkat yang kini mencapai angka 50 miliar di seluruh dunia, Yadi Karyadi, Enterprise Solution Business Development Manager Intel Indonesia Corporation menyatakan angka tersebut didominasi produk elektronik yang mencapai 40 miliar. Hanya 10 miliar yang berasal dari perangkat, seperti laptop, smartphone, maupun gadget.
 
“Dengan pertumbuhan yang cukup pesat tersebut, tidak dipungkiri ukuran data yang kini berukuran zetabyte bisa berubah menjadi yotabyte pada tahun mendatang,” ungkap Yadi pada acara seminar SAS tentang Big Data di Royal Kuningan, Jakarta, Selasa (20/10/2015).
 
Situasi ini kemudian mengarah kepada kapasitas data yang jumlahnya sudah sangat tak terbatas sehingga disebut big data. Di sisi lain, big data sendiri merupakan aset yang patut dimiliki oleh si pembuat kebijakan yang dalam konteks ini mengacu kepada instansi pemerintah.
 
Untuk itu, pemerintah harus mampu mengolah data mereka menjadi tipe data yang dapat digunakan untuk membuat kebijakan sehingga data tersebut bisa sangat dimaksimalkan keberadaanya.
 
“Dengan memasukkan data yang baik pada setiap tahap pembuatan kebijakan, pembuat kebijakan dapat menggunakan analitik untuk mendapatkan nilai lebih dari data yang mereka kumpulkan. Pendekatan tersebut mempermudah sang pembuat kebijakan untuk mendapatkan hasil terbaik dari seluruh kinerja mereka,” pungkas Yadi. 
 
Sejauh ini, menurut Yadi, data yang diterima oleh pemerintah, 80%-nya bersifat tidak terstruktur. Kebanyakan data berasal dari media sosial dan audio. Data yang tidak terstruktur tersebut kemudian masuk tahap analisis untuk diolah menjadi data yang terstruktur.
 
Dalam hal ini, SAS menyediakan solusi lengkap dalam mendukung big data analytics. Dengan menggabungkan dashboard, reporting, dan analytics, SAS® Visual Analytics menyediakan visualisasi data dan visualisasi analitik sehingga memiliki keunggulan yang memampukan pembuat kebijakan mengeksplorasi data secara mendalam.

Related