Upaya Tribun Jabar Bertahan di Era Digital

marketeers article

Perkembangan arus digital dan teknologi yang kian pesat di industri media saat ini, tidak menjadikan halangan bagi harian lokal Tribun Jabar untuk mencetakkan posisi sebagai media koran nomor satu di kota Bandung. Berdasarkan hasil riset Nielsen pada kwartal 3 tahun 2014, Harian Tribun Jabar, yang merupakan salah satu anak grup dari Kompas Gramedia, berhasil menduduki posisi pertama readership 333 ribu, tumbuh 1% dari triwulan sebelumnya. 

Semua ini tak lepas dari hasil jerih payah tangan Pitoyo, pemimpin perusahaan Tribun Jabar, yang memercayai bahwa perusahaan media konvensional seperti koran tidak akan bisa kolaps di tengah maraknya arus digital apabila perusahaan tersebut berorientasi penuh terhadap bisnis. 

“Koran itu sekarang menjadi media bisnis. Selain ada pemred, juga harus ada pemimpin perusahaan yang mengatur strategi bagaimana menghasilkan pendapatan melalui iklan. Sekarang, koran hidup dari iklan. Beda sekali dengan zaman dulu yang dengan hanya menghidupi pemrednya saja langsung bisa menghidupi korannya secara keseluruhan,” ungkap Pitoyo dalam wawancara di acara Marketeers WOW Talk di studio Marketeers Radio, Bandung.
 
Meski tergolong muda dan masih terhitung sebagai media pendatang baru di kota Bandung sejak 12 tahun yang lalu, Harian Tribun Jabar telah sukses menjadi market leader dengan peringkat readership berada di atas 50% dari kompetitor utamanya. “Sebetulnya, saya lebih nyaman memanggil kompetitor kami sebagai mitra karena sebetulnya kami saling berteman di dunia nyata, wong kami sering makan siang bubur bareng,” ujar Pitoyo yang dulunya sempat menjabat sebagai pemimpin perusahaan di dua  tempat secara bersamaan, yakni Tribun Kaltim dan Tribun Jabar. 
 
Menurut Pitoyo, perusahaan media konvensional seperti koran harus berani menghadapi perubahan teknologi yang kian cepat dengan selalu berusaha melihat tren atau isu besar sebagai peluang bisnis dan terus berupaya untuk membidik pasar secara tajam. “Hal ini penting untuk diperhatikan demi menghasilkan pendapatan melalui iklan sehingga nantinya menjaga roda bisnis terus berputar,” jelas Pitoyo.
 
Salah satu cara inovatif yang diterapkan Tribun Jabar dalam membidik pasarnya ialah dengan melakukan pendekatan yang bukan lagi secara B2C (Business to Consumer) melainkan secara pendekatan komunitas atau dalam istilahnya communitization. Dalam hal ini, Tribun Jabar melakukan pendekatan terhadap komunitas yang memiliki peran penting dalam kota Bandung, yakni komunitas Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung atau Persib. Sadar akan hubungan dan pengaruh komunitas Persib yang kuat terhadap seluruh lapisan masyarakat di kota Bandung, Pitoyo pun memutuskan untuk membuat rubrik empat halaman khusus kepada komunitas ini dengan harapan Tribun Jabar dapat menjadi penghubung antar masyarakat dengan Persib. 
 

Secara manajemen produk, Tribun Jabar berupaya untuk menjadikan produknya sebagai media yang terpercaya bagi shareholder dan juga pengiklan. “Kami memiliki data survei readership yang datanya terpercaya dan tidak main-main. Selain menjadi penghubung antarmasyarakat, kami juga menjadi penghubung bisnis yang turut membantu menghasilkan keuntungan kepada klien-klien kami,” jelas Pitoyo. 
 

Lalu, dalam manajemen pelanggan, Tribun Jabar menitikberatkan pada kontrol kualitas atas distribusi koran agar bisa sampai dengan baik ke tangan pembaca. “Saya selalu memastikan kepada setiap pembaca agar setiap dia bangun tidur, dia dapat koran,” ujar Pitoyo. Dalam mewujudkan hal tersebut, Tribun Jabar membuka line customer service bagi pembaca yang belum menerima korannya sebelum pukul enam pagi. “Akan ada sistem reward and punishment bagi locker yang tidak bisa mendeliver koran kami secara tepat waktu,” lanjut Pitoyo.
 
Sadar akan derasnya arus perubahan teknologi dan pasar yang dinamis, dalam hal manajemen merek Tribun Jabar berupaya menunjukkan karakter sebagai media yang kredibel dengan selalu bekerja secara hati-hati namun cepat dan disiplin. “Di zaman yang serba cepat karena kemajuan internet, penting bagi karakter merek kami untuk tetap cepat mengikuti tren yang sedang terjadi. Caranya, dengan mengatur mekanisme kerja redaksi secara cepat tapi dengan tidak mengabaikan unsur kehati-hatian, karena walau bagaimanapun kami memiliki tanggung jawab kepada semua pihak untuk menyampaikan berita yang baik dan benar,” jelas Pitoyo.
 
Semangat kerja keras yang dimiliki Pitoyo dan tim Tribun Jabar pun pada akhirnya sukses meraih hasil yang layak. Pada kuartal II tahun 2014, Tribun Jabar mencetak share readership tertinggi antarkoran Tribun lokal lainnya yang berada di dalam grup Kompas Gramedia dengan total readership 1,913,000 dari keseluruhan sembilan kota, naik 5% dari triwulan sebelumnya.
 
Sebagai salah satu media konvensional di tengah perkembangan era digital seperti saat ini, semangat inovasi dalam melihat peluang yang ada membuat harian Tribun Jabar dapat tetap hidup dan terlihat atraktif di mata masyarakat. “Bandung sebagai kota atraktif membuat kami terdorong untuk menjadi media yang atraktif juga. Sebab itu, saya mengharuskan orang marketing dan sales di tempat kami untuk turut senantiasa melihat, memahami, dan merenungkan tren yang sedang terjadi di depan penglihatannya,” jelas Pitoyo. 
 
Ke depannya, sebagai media lokal yang paling banyak dibaca oleh warga Bandung, Pitoyo berharap Tribun Jabar dapat hadir sebagai penghubung yang mampu dipercaya bagi masyarakat dan pemerintah lokal. “Saya berharap masyarakat Jawa Barat, khususnya Bandung, dapat bekerja bersama kami membangun Jawa Barat menjadi destinasi tempat yang lebih baik dengan men-support dan mengawasi kinerja pemerintah, dan saling memberi kritik dan masukkan yang membangun,” tutup Pitoyo. 
 

Related