Usai Rujuk, Siapa di Belakang Uber dan Didi Chuxing di China?

marketeers article

Setelah pertempuran selama beberapa tahun, akhirnya Uber menancapkan bendera putih di China. Uber harus mengakui dominasi Chuxing untuk pasar transportasi on demand di China. Diberitakan bahwa Didi Chuxing mengakuisisi bisnis Uber di China dengan nilai sebesar US$ 35 miliar.

“Didi Chuxing dan Uber telah belajar banyak bersama-sama selama dua tahun ke belakang ini,” ujar CEO Didi Chuxing Cheng Wei dalam keterangan resminya.

Sementara itu, CEO Uber Travis Kalanick melalui akun Facebook berujar bahwa kesepakatan keduanya akan membuat industri transportasi mobile menjadi lebih sehat dan lebih bertahan pada tingkatan yang lebih tinggi.

Padahal beberapa waktu lalu, melalui Liu Zhen selaku SVP of Strategy Uber China, memperkirakan pada tahun 2017 Uber sudah mampu melampaui Didi Chuxing. Ternyata perkiraan tersebut salah.

Sebelumnya, Didi sempat membentuk aliansi untuk melawan Uber, melalui kolaborasi bersama Ola, Lyft, dan Grab. Tentunya, dengan berdamainya Uber dan Didi, keberadaan aliansi tersebut akan kembali dipertanyakan.

Menariknya, Didi Chuxing adalah perusahaan leburan dari Didi Dache dan Kuaidi Dache pada Februari tahun lalu. Kuaidi Dache disokong oleh Alibaba dan Softbank. Sementara Kuaidi Dache didanai oleh Tencent. Setelah merger, Apple melakukan investasi di Didi Chuxing sebesar US$ 1 miliar.

Uber sendiri merupakan perusahan transportasi on demand yang di belakangnya berdiri raksasa teknologi seperti Baidu, Microsoft, dan Google. Pada tahun 2015, Baidu menanamkan US$ 1,2 miliar, Google Ventures menanam US$ 258 juta pada tahun 2013.

Dengan bergabungnya Uber dan Didi Chuxing di China, tentunya Alibaba, SoftBank, Baidu, Tencent, Apple, Google, dan Microsoft telah menanamkan modalnya pada satu perusahaan yang sama.

Editor: Sigit Kurniawan

Related