Berutang untuk Pendidikan Anak, Mengapa Tidak?

marketeers article

Sekitar 60% dari 6.200 orang tua di 15 negara bersedia berutang untuk biaya pendidikan tinggi anak mereka. Hal ini tertuang dalam ‘Foundations for the future’, laporan terbaru “The Value of Education’ dari HSBC.

Hasil survei tersebut lebih jauh menunjukkan bahwa para orang tua di Asia dan Meksiko memiliki kecenderungan tertinggi untuk meminjam uang demi membiayai pendidikan universitas anak mereka, yang mana Tiongkok menguasai 81% responden, Meksiko 74%, India 71% dan Hong Kong 67% .

Sebaliknya, orang tua di Inggris (43%), Australia (44%) dan Prancis (46%) memiliki kecenderungan paling kecil untuk berutang. Pasalnya, tanggung jawab utama membiayai pendidikan universitas anak terletak pada orang tua, yang mana 84% orang tua menanggung keseluruhan biaya.

Lebih dari tiga perempat (78%) orang tua mendanai pendidikan anak mereka dari pendapatan harian. Negara-negara dengan proporsi kontribusi orang tua tertinggi adalah Mesir (97%), Singapura (95%) dan Prancis (91%). Sedangkan proporsi terendah adalah Inggris (67%) dan Australia (58%).

Sebaliknya, ada sepertiga (31%) dari orang tua berharap anak mereka dapat menanggung sebagian biaya pendidikan universitas mereka sendiri. Kendati, berdasarkan survei itu, hanya 13% mahasiswa saat ini membantu pendanaan kuliahnya sendiri.

Negara-negara dengan kontribusi biaya kuliah tertinggi dari para mahasiswa adalah Kanada (39%), Amerika Serikat (37%) dan Australia (22%). Sedangkan proporsi terendah adalah di Mesir (kurang dari 1%), India (1%), Hong Kong (4%) dan Singapura (5%).

Total pengeluaran orang tua setiap tahun untuk biaya pendidikan universitas anak-anak mereka rata-rata sebesar US$ 7.631. Di Unit Emirat Arab bahkan mencapai US$ 18.360, Hong Kong US$ 16.182, dan Singapura US$ 15.623. Akan tetapi, secara global, 27% orang tua tidak tahu berapa banyak yang mereka habiskan untuk pendidikan universitas anak mereka setiap tahun.

Sedangkan di negara-negara ini, angkanya lebih tinggi, yang mana hampir satu dari dua (48%) orang tua di Inggris, 42% di Australia, dan 40% di Prancis tidak tahu jumlah uang yang dialokasikan untuk pendidikan anak.

Prioritaskan pendidikan anak 

Hampir setengah dari orang tua (49%) melihat pembiayaan pendidikan anak sebagai sesuatu yang lebih penting daripada tabungan pensiun mereka sendiri. Jika mereka harus mengurangi pengeluaran, hampir sepertiga (32%) dari orang tua secara global cenderung untuk tidak mengorbankan biaya pendidikan anak.

Orang tua di Asia adalah yang paling kecil kemungkinannya untuk mengorbankan biaya pendidikan anak: Tiongkok (59%), Indonesia (52%) dan Hong Kong (50%), dibanding Mesir yang hanya 9% dan Inggris 12%.

Mengomentari temuan ini, Charlie Nunn, Global Head of Wealth Management HSBC mengatakan, pengorbanan keuangan yang orang tua berikan untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka adalah bukti nyata dukungan untuk mencapai ambisi.

Namun, orang tua perlu memastikan bahwa investasi keuangan ini tidak menganggu kehidupan mereka di masa depan.

“Dengan memiliki rencana keuangan seluruh kebutuhan keluarga dan meninjaunya secara berkala, orang tua akan lebih siap untuk mendukung studi anak-anak mereka tanpa mengorbankan tujuan keuangan jangka panjang mereka sendiri,” jelas Charlie.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related