Visi Misi The Body Shop Sebagai Purpose-Driven Brand

marketeers article
Sumber: 123RF

Selain untuk memperoleh keuntungan,  ada perusahaan berdiri dengan mengusung idealisme atau misi khusus. Perusahaan yang digerakkan oleh tujuan memiliki berbagai keuntungan. Berdasarkan riset Putting Purpose to Work: A study of purpose in the workplace oleh PwC tahun 2016, menunjukkan 79% pemimpin bisnis percaya tujuan perusahaan adalah pusat kesuksesan dari bisnis.

Selain itu, pelanggan yang membeli produk atau layanan perusahaan akan berpikir pembelian yang mereka lakukan akan membuat perbedaan. Sehingga konsumen akan mendapatkan lebih banyak kepuasan saat memiliki produk atau layanan yang memiliki makna.

Tidak hanya itu, perusahaan yang digerakkan oleh tujuan juga lebih pandai dalam menciptakan rasa kebersamaan dan menarik talenta-talenta yang terbaik. Hal ini didukung oleh riset yang sama dari PwC yang menunjukkan generasi lebih muda yang punya koneksi kuat dengan tujuan perusahaan tempat mereka bekerja memiliki kemungkinan 5,3 kali lebih besar untuk bertahan. 

Sementara itu, generasi yang lebih senior memiliki kemungkinan 2,3 kali lebih besar. Akan tetapi, hanya 33% yang benar-benar memahami tujuan perusahaan tempat mereka bekerja.

Beberapa perusahaan yang digerakkan oleh tujuan salah satunya adalah The Body Shop (TBS). Merek ini punya misi memperjuangkan dunia yang lebih adil dan lebih indah. Tujuan tersebut merupakan cita-cita dari Dame Anita Roddick, Founder The Body Shop.

The Body Shop percaya pada keindahan planet dan kebaikan manusia. Namun, dunia membutuhkan pekerjaan. Alam menderita di tangan manusia, banyak spesies punah, dan masyarakat putus asa. Inilah alasan Anita membangun merek tersebut. Menurut keyakinannya, bisnis dapat mendorong perubahan positif di dunia.

Semua produk yang dibuat oleh The Body Shop, kampanye-kampanye yang dijalankan, serta komunitas yang mereka dukung mengarah pada tercapainya tujuan dunia yang lebih baik dan meraih keuntungan. Merek ini meyakini bahwa mereka adalah pembuat perubahan dan akan terus seperti itu dalam menjalankan bisnisnya.

Dilansir dari laman resmi The Body Shop, berjuang untuk kesetaraan atau equality untuk semua orang merupakan DNA merek tersebut. Merek ini hadir untuk mempromosikan self-esteem perempuan, menghancurkan tabu kecantikan, merayakan kepemimpinan perempuan, dan memastikan upah yang sama untuk pekerjaan yang sama.

Feminisme dari The Body Shop inklusif dan interseksional. Merek ini berdiri bersama semua orang yang mengidentifikasi diri sebagai perempuan, lintas ras, jenis kelamin, kelas, kemampuan, seksualitas, usia, dan bentuk tubuh.

Dalam perjalanannya, The Body Shop sempat redup ketika bisnis berpindah tangan ke perusahaan lain. Merek ini mulai menjual beragam produk yang tidak sesuai dengan tujuan awal saat berdiri. Setelah beberapa tahun lamanya, merek ini akhirnya menemukan akarnya kembali dan inti mengapa mereka lahir dengan mengingat founder-nya, yakni Anita.

Dilansir dari The Drum, David Boynton, Chief Executive The Body Shop berambisi untuk membawa misi Anita kembali ke strategi bisnis perusahaan ini. Semua aktivitas, mulai dari pengembangan produk, hingga komunikasinya bisa berjalan setelah menerapkan cara berpikir, “apa yang akan Anita lakukan?” Intinya, semuanya harus sesuai dengan misi Anita saat ia melahirkan merek ini.

Akhirnya, The Body Shop  memulai kembali perjalanan self-love-nya pada akhir tahun 2020. Saat ini, The Body Shop juga sedang dalam proses untuk mendapatkan kembali citra ramah hewannya dengan rencana untuk menjadi 100% vegan pada tahun 2023.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related