Volume Pasar Farmasi Domestik Ditaksir Tembus Rp 114,8 Triliun

marketeers article
Quality Control Laboratory medicine. Chromatograph operation. A woman makes an analysis on a gas chromatograph. Development of a new vaccine against the covid-19 virus.Pharmaceutical factory

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) memperkirakan industri farmasi dan alat kesehatan masih akan terus bergeliat dalam beberapa tahun ke depan. Pasalnya, volume pasar farmasi domestik diperkirakan tembus US$ 8 miliar atau setara Rp 114,8 triliun (kurs Rp 14.350 per US$).

Asisten Deputi Investasi Strategis Menko Marves Bimo Wijayanto mengungkapkan, peluang tersebut dapat dimanfatkan industri farmasi dalam negeri untuk unjuk gigi. Peluang itu juga dapat digunakan untuk mencapai target visi 2045 yang membawa Indonesia menjadi negara maju.

“Permintaan produk farmasi di Indonesia sebagian besar dapat dipenuhi di dalam negeri dengan nilai impor sekitar US$ 912 juta dan ekspor sekitar US$ 556 juta. Dengan volume pasar farmasi domestik sekitar US$ 8 miliar, impornya hanya sekitar 11% saja,” kata Bimo melalui keterangannya, Rabu (1/12/2021).

Menurutnya, di tengah merebaknya pandemi COVID-19 terdapat tiga industri yang masih tumbuh positif dan menjadi tumpuan dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi. Apalagi, untuk mencapai visi Indonesia maju 2045 diperlukan rata-rata pertumbuhan ekonomi di atas 6%. Adapun tiga industri yang masih menjadi andalan di antaranya, yakni kimia, farmasi, dan obat tradisional yang mencapai 9,4%.

Tak hanya itu, Bimo menyebut, subsektor industri logam dasar juga mengalami pertumbuhan sebesar sebesar 5,9% dan industri makanan dan minuman sebesar 1,6%. “Kami melihat apa saja industri subsektor yang tetap tumbuh. Ternyata sektor manufaktur, kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh 9,4% secara tahunan (year on year/yoy),” ujarnya.

Lebih lanjut, Bimo menjelaskan, selain adanya peningkatan permintaan obat saat pandemi, program pemerintah pun turut memberikan kontribusi terhadap hasil positif industri farmasi. Di antaranya, melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Sehingga, peluang industri ini semakin terbuka lebar.

Dari sisi alat kesehatan, kata Bimo, juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Potensi ini melengkapi peluang besar yang diperebutkan oleh para pengusaha di bidang kesehatan. “Medical device meningkat hampir empat kali lipat dari US$ 161 juta pada 2013 menjadi US$ 531 juta pada 2020,” pungkasnya.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related