Jagat maya tengah dihebohkan dengan kemunculan aplikasi Worldcoin alias World App. Bukan tanpa alasan, ini karena perusahaan tersebut menyimpan data biometrik masyarakat lewat scan retina dengan iming-iming imbalan senilai Rp 800.000.
World App berdalih data tersebut digunakan untuk menciptakan sistem identitas global berbasis biometrik yang disebut “World ID” dan menghadirkan kesejahteraan universal melalui teknologi kripto.
Namun, di balik idealisme itu, proyek yang didukung oleh tokoh besar seperti CEO OpenAI Sam Altman tersebut justru memicu kekhawatiran soal privasi. Ini terbukti dari hasil investigasi MIT Technology Review yang mengungkap celah dalam praktiknya, terutama terkait cara mengumpulkan data sensitif dari pengguna.
BACA JUGA: Google Tingkatkan Fitur Edit Gambar di Chatbot Gemini
Celah Privasi dan Taktik Menyesatkan
Dalam penyelidikan yang sudah dilakukan sejak sebelum peluncuran resminya pada 24 Juli 2023 lalu, ditemukan bahwa World App menggunakan praktik pemasaran yang menyesatkan, khususnya di negara-negara berkembang.
Banyak peserta yang tidak mendapat informasi yang memadai terkait bagaimana data biometrik mereka akan digunakan. Beberapa di antaranya bahkan tak tahu bahwa data mereka digunakan untuk melatih model kecerdasan buatan (AI) perusahaan.
World App berdalih data yang dikumpulkan telah dianonimkan dan tidak akan dijual. Namun, hingga kini, belum ada bukti transparan mengenai bagaimana data itu benar-benar diproses, disimpan, atau dihapus.
Pernyataan yang diberikan oleh juru bicara perusahaan kepada MIT Technology Review pun terkesan kabur, di mana hanya mengeklaim telah mematuhi peraturan perlindungan data di negara-negara tempat mereka beroperasi.
Keprihatinan akan praktik privasi World App tak hanya datang dari media, tapi juga dari otoritas pemerintah. Setidaknya empat negara telah melakukan penyelidikan terhadap proyek ini, antara lain Jerman, Prancis, Inggris, dan Kenya.
BACA JUGA: Kaspersky: Lebih dari 3 Juta Ancaman Online Targetkan Pengguna Indonesia di Awal 2025
Ancaman Tersembunyi di Balik World App
Meski World App memasarkan identitas digital sebagai solusi masa depan, ada potensi lain yang jauh lebih menggiurkan bagi para investor, yaitu data biometrik untuk melatih AI.
Sistem verifikasi “proof of personhood” membutuhkan data dalam jumlah besar agar efektif. Jika digunakan secara luas oleh perusahaan atau pemerintah, sistem ini bisa menjadi ‘tambang emas’ di tengah demam AI global.
Yang jadi pertanyaan: apakah World App benar-benar berhenti menggunakan data pemindaian iris untuk melatih AI seperti yang pernah mereka janjikan? Hingga kini, belum ada klarifikasi yang memuaskan.
Bagi masyarakat negara berkembang yang menjadi target rekrutmen, termasuk Indonesia, tawaran uang seolah menjadi solusi cepat di tengah ketidakpastian ekonomi. Namun, tanpa perlindungan data yang jelas dan transparan, iming-iming itu justru bisa membuka pintu terhadap eksploitasi privasi yang serius.
Maka dari itu, sebelum ikut mendaftar dan menyerahkan data biometrik Anda, ada baiknya melakukan riset lebih mendalam dan berpikir dua kali.
Editor: Bernadinus Adi Pramudita