Waspada, Kasus Penipuan Digital di Indonesia Akan Kian Banyak

marketeers article
Fraud prevention button, concept about cybersecurity, credit card and identity protection against cyberattack and online thieves

Seiring dengan bergeraknya setiap elemen kehidupan menuju digitalisasi, pertanyaan mengenai keamanan digital terus dipertanyakan. Terutama keamanan transaksi digital. Riset yang dilakukan oleh GBG berjudul Future-proofing Fraud Prevention in Digitals Channels: an Indonesian FI Study mengatakan bahwa tingkat kejahatan penipuan digital di Indonesia tidak menunjukkan penurunan pada tahun 2020.

“Hal ini sangat berdampak pada industri finansial yang semakin bergantung pada digitalisasi,” kata June Lee, APAC Managing Director GBG.

Di Indonesia, memerangi penipuan dan serangan siber diklaim semakin rumit. Kejahatan dengan peningkatan paling pesat di sini adalah money mule. Kejahatan ini merupakan SMS dengan iming-iming upah yang sering masuk ke dalam ponsel. Jika penerima SMS tertarik, maka orang itu terkena money mule. Bahayanya, penipuan ini memadukan scam dan first party fraud sehingga sulit dideteksi pelakunya.

Hal ini dipengaruhi dengan adanya pencurian dan pemalsuan identitas yang dilakukan pelaku. Setidaknya ada 55% pemalsuan identitas dan 53% pencurian identitas masuk bersama-sama dengan money mule menyebabkan kejahatan ini menjadi yang paling besar kedua yang berpengaruh kepada institusi finansial di Indonesia.

“Pelaku industri finansial harus mulai mewaspadai kejahatan ini dengan mengadopsi management risk sehingga keamanan digital nasabah lebh terjaga. Karena, kejahatan ini diprediksi akan naik hingga 68% pada tahun 2020-2021,” tutup Lee.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related