Wonosobo pun Bertranformasi Menjadi Kabupaten Unggul

marketeers article

Terletak di Jantung Provinsi Jawa Tengah, Wonosobo merupakan kabupaten dengan pegunungan yang menawan. Di sebelah Timur terdapat Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro yang berdiri gagah. Di sebelah Utara, terletak Gunung Perahu dan Pegunungan Kulon menjadi lanskap yang cantik di ujung barat kabupaten Wonosobo. Letaknya yang strategis dan kultur geografis yang sejuk dan subur ini menjadikan Wonosobo sebagai salah satu lokasi terbaik industri agrobisnis. Didukung dengan potensi wisatanya yang tidak kalah menakjubkan, Puncak Sikunir di dataran tinggi Dieng menjadi salah satu destinasi wisata pilihan. Tempat untuk menikmati matahari terbit dari puncak Sikunir menjadi salah satu daya tariknya. 

Namun, dengan segudang potensi dari ekonomi hingga wisatanya, siapa sangka bahwa 15 tahun yang lalu Wonosobo merupakan salah satu kota mencekam dan dinilai tidak aman. Tawuran antarwarga kampung, aksi premanisme yang meresahkan dan tingkat kriminalitas yang tinggi menjadi cap yang buruk bagi Wonosobo. Hal tersebut tidak lepas dari peran pemerintah daerah Wonosobo yang berhasil melakukan pendekatan terhadap masyarakat. 

Salah satu yang memiliki andil besar dalam perubahan kabupaten Wonosobo adalah Abdul Kholiq Arif yang kini menjabat selaku Bupati Wonosobo. Pada tahun 2000, Kholiq mengawali karir di pemerintahan sebagai wakil bupati pada 2000-2005 dimana pada masa itu dirinya fokus pada pembenahan infrastruktur dan peningkatan keamanan dari pusat kabupaten hingga ke pelosok desa.

Saat menjabat sebagai Wakil Bupati, Kholiq berupaya mencari tahu akar masalah di Kabupaten Wonosobo. Melakukan blusukan ke 870 dusun, Kholiq menyimpulkan persoalan ekonomi yang menjadi penyebab utama kondisi buruk Wonosobo saat itu. Keluhan warga antara lain, infrastruktur buruk, akses pendidikan susah, akses kesehatan tidak terjangkau, jalur transportasi antardesa buruk, lingkungan rusak, serta akses ekonomi sulit.

Sebab itu, saat dirinya dilantik menjadi bupati pada tahun 2005, Kholiq langsung memetakan kebutuhan dasar warga Wonosobo. Fokus utama terletak pada pembangunan jalan poros desa antarkecamatan sepanjang 810 kilometer. Selanjutnya, dirinya melakukan pemerataan pembangunan dan menata kebijakan pelayanan dari masalah kesehatan dengan hadirnya 27 puskesmas baru, pemulihan infrastruktur pendidikan, sampai pembangunan 2.200 kilometer irigasi.

Setelah rampung dengan kebutuhan mendasar, upaya selanjutntya adalah harmonisasi elemen-elemen masyarakat. Kholiq selalu berusaha mengedepankan pendekatan kemanusiaan. “Saya mengumpulkan para pemuka agama, duduk satu meja, berdialog, menggagas pembangunan daerah, doa bersama, menanam bersama, hingga merawat hutan bersama,” ungkap pria kelahiran Wonosobo, 16 September 1968 kepada  Marketeers, Senin (24/3/2015).

Dampaknya, pada tahun 2009, berdasar survei Komisi Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), Kabupaten Wonosobo menjadi kabupaten yang berhasil dalam menangani konflik. Hal tersebut juga berdampak pada pemulihan kunjungan wisatawan yang signifikan. Tercatat pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Wonosobo dari tahun 2014 ke 2015 naik sekitar 35%.

Strategi pendekatan menjadi salah satu kunci sukses Kholiq dalam membenahi berbagai permasalahan di Kabupaten Wonosobo. Kepemimpinan tegas yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dirasa berhasil mengangkat citra Wonosobo ke mata dunia, hingga kini Wonosobo dikenal sebagai Negeri Di Atas Awan. Lebih jauh lagi, Kholiq sedang menggagas Wonosobo sebagai kota ramah Hak Asasi Manusia (HAM). Wonosobo ingin menjadi daerah yang menjamin pemenuhan hak dasar warga negara seperti pendidikan, kesehatan, jaminan rasa aman, lingkungan yang sehat, serta fasilitas publik yang tidak diskriminatif terhadap kaum difabel.

Related