Wujudkan Ekonomi Sirkular Lewat Ekosistem Daur Ulang Sampah

marketeers article
Wujudkan ekonomi sirkular lewat ekosistem daur ulang sampah. (Dok. Kita Olah Indonesia)

Program Yok Yok Ayok Daur Ulang! (YYADU!) berkolaborasi dengan Kita Olah Indonesia, sebuah institusi dengan spesialis pengelolaan dan daur ulang sampah yang berlokasi di Kota Bekasi. YYADU! menjadi salah satu program advokasi, edukasi dan sosialisasi yang melibatkan berbagai pihak yang berkolaborasi, dengan menggencarkan kegiatan edukasi serta sosialisasi daur ulang sampah plastik.

Program YYADU! mengedepankan kolaborasi dalam proses edukasi dan sosialisasi. Beroperasi sejak tahun 2021, Kita Olah Indonesia telah turut ambil andil dalam memproses sampah yang beredar di masyarakat.

“Sejak terbentuknya, kami telah berupaya untuk memproses kurang lebih 900 ton sampah non-organik dalam satu tahun dan 3 ton per harinya, khususnya sampah plastik dalam berbagai jenis mulai dari high value plastic waste seperti HDPE, LDPE, PET, dan PS di mana plastik-plastik tersebut sudah sepenuhnya dapat didaur ulang hingga low value plastic waste yang dianggap residu seperti multilayer,” kata Muhamad Andriansyah, Founder & CEO Kita Olah Indonesia dalam keterangannya, Kamis (15/6/2023).

Daur ulang sampah menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang cepat, produksi sampah terus meningkat secara signifikan. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, rata-rata satu orang penduduk Indonesia menyumbang sampah sebanyak 0,7 kg per hari dan di antaranya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).

BACA JUGA: Terbuat dari Bahan Daur Ulang, Seagate Luncurkan Ultra Touch HDD

Melansir data dari Sustainable Waste Indonesia (SWI), baru 7% dari 65 juta ton sampah di Indonesia berhasil didaur ulang dan 69% berakhir di TPA. Saat ini, TPA di Indonesia mulai kewalahan dalam mengelola sampah-sampah yang masuk, dilihat dari perbandingan jenis sampah organik dan non-organik yang masuk tidak seimbang sehingga sampah malah menumpuk dan menggunung.

Hal ini terjadi karena banyak sampah yang masuk ke TPA tidak terlebih dahulu dikurangi melalui proses daur ulang. Sudah banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai institusi dalam rangka mengurangi sampah berakhir ke TPA, mulai dari institusi edukasi dan sosialisasi hingga institusi pelaku daur ulang.

Kita Olah Indonesia telah mendaur ulang sampah plastik mulai dari limbah plastik bernilai tinggi seperti botol-botol bekas shampo, galon air mineral, jerigen, hingga tutupnya. Proses yang umum dilakukan, seperti memisahkan sampah plastik berdasarkan jenisnya, hingga berdasarkan warnanya.

“Program ini terbentuk karena banyaknya anggapan masyarakat bahwa produk yang ramah lingkungan adalah produk yang dapat terurai secara alami, di mana pada faktanya dalam menentukan suatu produk itu ramah lingkungan perlu ditinjau secara menyeluruh dari awal diproduksi hingga siklus daur ulang. Di samping itu, pengelolaan sampah yang masih mengandalkan TPA tanpa memproses sampah terlebih dahulu juga menjadi perhatian kami,” ujar Hanggara Sukandar, Director of Environment & Sustainability Affairs Responsible Care® Indonesia.

BACA JUGA: The Body Shop Daur Ulang Kemasan Botol untuk Produksi Kaki Palsu

Edukasi dan sosialisasi daur ulang sampah plastik perlu terus-menerus dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran tiap lapisan masyarakat dalam menjalankan perannya masing-masing. Kegiatan daur ulang sampah tidak dapat hanya dilakukan oleh satu pihak saja, namun perlu kolaborasi pentahelix yang melibatkan berbagai pihak mulai dari masyarakat, akademisi, pemerintah, pelaku bisnis, hingga media.

“Dengan demikian, percepatan kegiatan daur ulang dapat terus ditingkatkan demi terwujudnya ekonomi sirkular yang dapat dirasakan oleh semua pihak,” tutur Hanggara.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related