Xendit Ungkap Tren dan Peluang Bisnis Pariwisata Pascapandemi

marketeers article
Xendit mengungkap sejumlah tren pariwisata di masa pasca pandemi (Sumber Ilustrasi: 123rf.com)

Pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap kondisi bisnis di sektor pariwisata Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), terjadi penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia sebesar 61,57%. 

Namun, seiring dengan membaiknya kondisi pandemi, aktivitas pariwisata di Indonesia pun berangsur pulih. Xendit, perusahaan payment gateway memaparkan sejumlah tren wisata pascapandemi yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis di industri pariwisata.

“Kami melihat sebuah tren-tren pariwisata baru yang bermunculan di masa pascapandemi. Perubahan perilaku wisatawan di Indonesia ini perlu diperhatikan oleh para pemain di industri pariwisata untuk memaksimalkan peluang yang dihadirkan dari tren-tren ini,” ujar Tessa Wijaya, Chief Operating Officer & Co-Founder Xendit dalam keterangan tertulis Xendit.

Sebagai perusahaan yang telah bermitra dengan sejumlah online travel agent, Xendit menemukan telah terjadi peningkatan pada perjalanan bisnis di Indonesia. Banyak perusahaan yang sudah memberlakukan kebijakan work from office (WFO), ataupun work from anywhere (WFA). 

Pengeluaran perusahaan untuk perjalanan bisnis diperkirakan akan menyamai 36% budget tahun 2019 (pra-pandemi) pada kuartal II 2022, dan akan terus meningkat hingga mencapai 55% di akhir tahun. Para pemain di industri pariwisata dapat memanfaatkan hal tersebut dengan bekerja sama dengan klien-klien korporasi untuk menawarkan diskon khusus atau paket perjalanan bisnis.

Selain itu, terjadi peningkatan jumlah digital nomad, yakni karyawan yang memilih untuk bekerja dan berlibur dengan workstation akibat kebijakan WFA yang diberlakukan. Wisatawan digital nomad memiliki kebutuhan atas hunian saat liburan dengan jangka waktu yang lebih lama. 

Untuk itu, para pelaku bisnis hotel dan hospitality bisa mengadakan promosi khusus untuk masa inap jangka panjang seperti rate khusus untuk mingguan atau bulanan, serta memastikan ketersediaan akomodasi yang work friendly. Misalnya saja, WiFi dan fasilitas lain yang mendukung untuk bekerja.

Selanjutnya, Xendit menemukan telah terjadi pergeseran pada jenis wisata dan destinasi yang diminati oleh wisatawan. Berdasarkan data, 61% wisatawan berencana melakukan perjalanan yang lebih ramah lingkungan karena adanya pandemi. 

Selain itu, 57,6% wisatawan di Asia Pasifik telah mempersiapkan diri merogoh kocek lebih besar untuk pariwisata domestik atau dalam negeri. Terlihat makin banyak wisatawan yang berencana untuk melakukan perjalanan mewah sebagai sebagai bentuk ‘balas dendam’. 

“Dengan terjadinya tren dan pergeseran minat wisatawan terhadap jenis dan destinasi wisata yang ingin dilakukan, penting bagi pelaku bisnis di industri pariwisata untuk mempersiapkan diri, baik dalam wujud produk atau layanan yang dihadirkan, agar dapat memenuhi kebutuhan wisatawan. Xendit berharap semakin banyak perusahaan yang dapat memanfaatkan peluang pertumbuhan ini agar sektor pariwisata bisa segera bangkit kembali,“ tutur Tessa.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related