XL Axiata Tetap Catatkan Pertumbuhan Positif Meski Terdampak Pandemi

marketeers article

Selama sembilan bulan pertama tahun 2020, PT XL Axiata Tbk atau XL Axiata mencatat peningkatan pendapatan atau service revenue sebesar Rp 18,3 triliun. Pencapaian itu meningkat 8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kontribusi terhadap total pendapatan layanan perusahaan juga meningkat menjadi sebesar 92%.

Perusahaan telekomunikasi ini juga berhasil meraih EBITDA sebesar Rp 9,9 triliun atau meningkat sebesar 34% secara tahunan. Sementara, secara kuartal, pada periode kuartal ketiga tahun 2020, EBITDA perusahaan berhasil tumbuh 3% dari kuartal sebelumnya, dengan laba bersih setelah pajak mencapai Rp 331 miliar.

Adalah Dian Siswarini, Presiden Direktur & CEO XL Axiata yang berhasil membawa perusahaan meraih pertumbuhan positif di tengah tantangan yang begitu berat. Dian menuturkan, slogan perusahaan yang berbunyi Never Waste a Good Crisis membuat XL Axiata dapat bertahan dan punya performa mengkilap.  Namun, tidak dapat dipungkiri, perubahan perilaku konsumen menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan.

“Saya dan semua orang di XL Axiata percaya di balik krisis pasti terdapat peluang. Meski di tengah badai dan tantangan, kami berusaha mengambil peluang yang ada untuk dapat memberikan yang terbaik bagi pelanggan,” kata Dian.

Dian Siswarini, Presiden Direktur & CEO XL Axiata

XL Axiata yang merupakan bagian dari Grup Axiata yang beroperasi di seluruh dunia membuat perusahaan dapat lebih cepat tanggap dalam menghadapi COVID-19 di Indonesia. Sebelum COVID-19 melanda, Dian menuturkan, perusahaannya sudah terlebih dahulu mendapatkan informasi mengenai virus tersebut dan proyeksi yang mungkin terjadi dari Grup Axiata.

Dian langsung membuat tim yang disebut Emergency Responses Team (ERT) untuk menangani dampak pandemi di dalam perusahaan. Tugas pertama tim tersebut adalah memastikan seluruh karyawan terjaga dari sisi kesehatan dan keselamatan. Tim ini kemudian membuat protokol untuk memonitor, tracking, dan assistance kepada karyawan supaya mereka terjaga dan tertangani dengan cepat ketika sakit.

“Karyawan menjadi fokus utama karena menjadi motor penggerak perusahaan. Jika karyawan sakit, perusahaan juga tidak dapat beroperasi dengan baik, layanan ke konsumen  juga tidak akan baik. Mereka adalah aset berharga,” tambah Dian.

Selain itu, Dian juga memperkuat Business Continuity Management (BCM). Perubahan karena pandemi tidak hanya terjadi dari sisi konsumen, tetapi juga karyawan. Adanya pemberlakuan physical distancing bukan berarti gangguan bagi operasional bisnis. Di sinilah tugas BCM, yaitu memberikan layanan terbaik bagi konsumen walaupun ada pembatasan-pembatasan itu.

Kecepatan Dian dalam merespons pandemi didapatkan dari pengalaman bertahun-tahun bekerja di sektor telekomunikasi. Ia mengaku sudah terlatih untuk bertindak cepat dalam merespons krisis. “Kami terus fokus pada layanan konsumen dan inovasi produk terutama dalam hal digitalisasi dan pemanfaatan teknologi,” pungkasnya.

Related