YouTube Putuskan Bagi Hasil 45% Penjualan Iklan untuk Kreator Shorts

marketeers article
Shorts. | Foto: YouTube Shorts

YouTube meluncurkan kebijakan baru bagi kreator konten dalam menghasilkan uang dari video berdurasi pendek. Hal itu dilakukan untuk menghadapi persaingan yang makin ketat dengan jaringan sosial dan platform video, TikTok.

Layanan streaming milik Google itu mengumumkan akan meluncurkan iklan pada fitur video pendeknya, Shorts. Kreator konten akan menerima bagi hasil 45% dari tayangan iklan yang tampil dalam Shorts.

Dibandingkan video di luar Shorts, kreator konten memperoleh bagi hasil 55% dari tayangan iklan yang ditampilkan. Hairstylist yang kini beralih menjadi kreator konten di YouTube, Kris Collins atau dikenal Kallmekris memuji YouTube karena menawarkan bagi hasil iklan untuk Shorts.

“Platform lain fokus untuk membuat orang terkenal selama 15 detik, dan itu sangat bagus. Tetapi YouTube mengambil pendekatan yang berbeda. Mereka membantu kreator konten membuat berbagai hal dalam beragam format,” kata dia dikutip dari Reuters, Rabu (21/9/2022).

YouTube tengah berjuang dan bersaing cukup sengit dengan TikTok, aplikasi yang memulai hosting video lip-sync dan dance yang kemudian berkembang menjadi 1 miliar pengguna bulanan. YouTube merespons pada akhir 2020 dengan meluncurkan Shorts, video berdurasi satu menit yang menarik lebih dari 1,5 miliar pemirsa bulanan.

Pada bulan April 2022, YouTube menggalang dana US$ 100 juta untuk memikat para kreator konten agar membuat video berdurasi pendek dalam upayanya mempertahankan eksistensi. Bagi hasil iklan lewat Shorts pertama kali dilaporkan New York Times, dimaksudkan untuk menarik lebih besar kreator konten dan lebih berkelanjutan ketimbang menghambur-hamburkan bujet pengeluaran.

“YouTube berbagi proporsi penjualan yang lebih kecil dengan kreator Shorts untuk mengimbangi investasi signifikannya dalam mengembangkan fitur tersebut,” ujar Tara Walpert Levy, Wakil Presiden YouTube.

Google mengantongi US$ 14,2 miliar dalam penjualan iklan YouTube selama paruh pertama tahun ini. Jumlah tersebut naik 9% dibandingkan periode yang sama tahun 2021.

Namun, penjualan iklan kuartalan terbaru mencerminkan pertumbuhan paling lambat dibandingkan data tiga tahun terakhir. Perlambatan itu disinyalir akibat faktor melemahnya ekonomi global, termasuk persaingannya dengan TikTok.

Related