Zulhas Sebut Negara Barat Susah untuk Diajak Berdagang

marketeers article
Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan dalam acara WhatsApp Business Summit 2023 di The Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta. Sumber gambar: Marketeers/Tri Kurnia Yunianto.

Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan menyebutkan saat ini negara-negara barat sedang sulit untuk diajak kerja sama dalam bidang ekonomi, termasuk pula perdagangan internasional. Hal ini disebabkan lantaran kawasan tersebut tengah mengalami perlambatan ekonomi sehingga berdampak pula pada permintaan produk-produk dari Indonesia.

Sosok yang akrab disapa Zulhas bilang, barat juga enggan untuk sekadar melakukan perjanjian dagang. Kondisi tersebut bakal mengancam produk berorientasi ekspor dari Indonesia.

BACA JUGA: Mendag Zulhas Janji Bantu TikTok Buat E-commerce

Sebagai informasi, negara barat, seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Uni Eropa, Australia, dan Selandia Baru. 

“Sekarang barat ini susah sekali untuk berdagang. Persyaratan teknis untuk masuk ke sana juga susah,” kata Zulhas dalam acara WhatsApp Business Summit 2023 di The Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta, Rabu (1/11/2023).

Menurutnya, ada beberapa komoditas andalan yang saat ini terhambat masuk ke negara barat, seperti sawit, cokelat, dan kopi.

BACA JUGA: Mendag Zulhas Ajak Anak Muda Tingkatkan Perdagangan Digital

Di sisi lain, Zulhas juga menyebut Cina saat ini tengah mengalami perlambatan ekonomi. Kendati demikian, negara tersebut tidak mempersulit kerja sama perdagangan dengan Indonesia.

Bahkan, dia menyebut Negeri Panda justru meningkatkan aktivitas produksi manufakturnya di tengah perlambatan sebagian besar ekonomi dunia. Alhasil, produk-produk tersebut mengincar pasar-pasar yang masih potensial seperti Indonesia.

Di Tanah Air, ekonomi terus tumbuh positif di atas 5% dengan inflasi yang terus terjaga di bawah 4%. Kondisi makin diuntungkan dengan besarnya jumlah populasi penduduk yang mencapai 278 juta jiwa dengan mayoritas merupakan kelas menengah.

“Cina produksi barang-barang terus, laku atau tidak laku urusan nanti. Makanya, ini cukup mengancam produk dalam negeri karena seluruh dunia melihat kita,” ujarnya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Zulhas menekankan pentingnya adopsi teknologi digital. Sebab, dengan sentuhan teknologi, produk-produk lokal berpotensi mendapatkan pasar baru yang sebelumnya belum pernah digarap.

Guna mengoptimalkan peran teknologi untuk perdagangan, pemerintah dipastikan hadir melindungi produk lokal. Gempuran produk impor melalui transaksi e-commerce bakal diperketat dengan menetapkan harga minimal produk impor sebesar US$ 100 atau setara Rp 1,5 juta.

“Siapa pun mereka yang mau datang ke Indonesia pasti mengharapkan sesuatu dari kita. Selagi dia tidak merugikan produk lokal, masih diizinkan. Tapi, kalau sudah merugikan ya akan diatur, makanya sistem ekonomi digital kita atur dan ditata dengan baik,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related