Kemampuan komunikasi yang baik, entah dalam hubungan pribadi maupun profesional, bukan hanya soal berbicara lebih banyak. Ini mencakup bagaimana Anda memahami, menyesuaikan, dan menyampaikan pesan dengan cara yang tepat.
Dalam bukunya yang berjudul Supercommunicators: How to Unlock the Secret Language of Connection (2024), Charles Duhigg membahas bagaimana para komunikator hebat mampu mendengarkan dengan cermat, membaca situasi, dan merespons secara bijak.
Dilansir dari Psychology Today, berikut tiga langkah yang bisa Anda terapkan untuk menguasai kemampuan komunikasi:
BACA JUGA: Kuasai Tiga Keterampilan Ini agar Jadi Freelancer Sukses Tahun 2025
Pahami Jenis Percakapan yang Sedang Terjadi
Salah satu penyebab kegagalan dalam komunikasi adalah perbedaan tujuan atau ekspektasi dalam sebuah percakapan. Misalnya, Anda sedang butuh dukungan emosional dan ingin didengar, tetapi lawan bicara justru memberikan solusi logis.
Perbedaan ini bisa membuat komunikasi terasa tidak nyambung. Studi dalam Current Opinion in Psychology (2022) menjelaskan konsep conversational circumplex untuk membantu memahami motivasi di balik percakapan.
Pada intinya, setiap interaksi bisa dipetakan berdasarkan dua dimensi, yaitu informasional yang berfokus pada pertukaran informasi akurat, serta relasional yang bertujuan untuk membangun atau memperkuat hubungan emosional.
Jadi, sebelum terlibat lebih jauh dalam percakapan, cobalah tanyakan pada diri sendiri apakah itu termasuk percakapan untuk mencari solusi, atau hanya percakapan sosial untuk menjaga hubungan.
BACA JUGA: Kuasai 5 Fitur Baru Microsoft Excel Ini untuk Mempermudah Pekerjaan
Perhatikan Isyarat Verbal dan Nonverbal
Kemampuan komunikasi tak hanya bergantung pada kata-kata yang diucapkan. Intonasi suara, ekspresi wajah, postur tubuh, bahkan jeda saat berbicara juga menyampaikan pesan tersendiri. Duhigg menyebutkan bahwa isyarat nonverbal sering kali lebih jujur dibandingkan kata-kata.
Contohnya, seseorang bisa berkata “Aku baik-baik saja,” tapi jika nada suaranya terdengar dingin dan lengannya menyilang, bisa jadi ia merasa sebaliknya. Menangkap sinyal-sinyal semacam ini sangat penting untuk membangun komunikasi yang lebih akurat dan bermakna.
Penelitian dalam Journal of Nonverbal Behavior menunjukkan bahwa orang lebih mudah mengenali adanya kedekatan atau “rapport” dalam percakapan jika mereka fokus pada bahasa tubuh dan ekspresi wajah ketimbang hanya pada kata-kata.
Selain memahami sinyal orang lain, Anda juga perlu menyesuaikan gaya komunikasi sesuai konteks. Nada tegas cocok di lingkungan kerja, tetapi kurang pas saat menghadapi teman yang sedang sedih. Sebaliknya, nada hangat dan santai lebih efektif dalam percakapan pribadi.
Bangun Koneksi lewat Pertanyaan yang Bermakna
Salah satu cara paling ampuh untuk menjadi komunikator yang lebih baik adalah mengajukan pertanyaan yang tepat. Bukan sekadar bertanya, melainkan pertanyaan yang benar-benar menunjukkan ketertarikan untuk memahami.
Dengan pertanyaan yang penuh perhatian dan empati, percakapan bisa berkembang lebih dalam dan bermakna. Anda pun tidak hanya berbicara, tapi juga membangun koneksi yang lebih kuat.
Editor: Tri Kurnia Yunianto