3 Strategi yang Bisa Membuat Perusahaan Menjadi Idaman Karyawan

marketeers article
Ilustrasi karyawan yang saling terlibat (Sumber: 123RF)

Menjadi perusahaan idaman para karyawan menjadi dambaan bagi perusahaan yang memandang karyawan sebagai aset penting. Banyak strategi yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai mimpi tersebut.

Mengutip laporan tertulis ajang penghargaan Employer of Choice 2023 yang digelar oleh Korn Ferry bersama SWA, perusahaan perlu mengadopsi pendekatan baru dalam keterlibatan dan pemberdayaan karyawan untuk menjadi Employer of Choice.

Pendekatan ini harus disesuaikan dengan lanskap tempat kerja baru, yang dicirikan oleh hybrid work, fleksibilitas, dan perubahan yang cepat. Employer of Choice sendiri didefinisikan sebagai perusahaan yang menawarkan lingkungan kerja yang positif dan mendukung, serta kesempatan pengembangan dan pertumbuhan bagi karyawannya. Perusahaan-perusahaan ini juga dikenal dengan budaya perusahaannya yang kuat dan nilai-nilai yang jelas.

Untuk menjadi employer of choice pun tidak cukup hanya dengan menyediakan gaji dan benefit yang menggiurkan. Perusahaan juga dituntut lebih memperhatikan kondisi well-being karyawan dan aspek humanis lainnya. Apalagi generasi milenial ini peduli dengan work life balance, mereka mau bekerja keras sekaligus menikmati hidup (having fun).

BACA JUGA: Pentingnya Keterampilan Negosiasi bagi Karyawan Perusahaan

Lantas, bagaiamana cara untuk membangun hal tersebut dan menjadi perusahaan yang diidamkan oleh karyawan? Berikut 3 strategi untuk membangun perusahaan idaman:

Buddy system

Beberapa perusahaan memiliki cara tersendiri dalam menangani  karyawan agar tetap menjadi perusahaan idaman. Di Savoria  Group misalnya, menurut  Ihsan M Putri,  CEO Savoria, cara perusahaan yang dipimpinnya dalam memberdayakan karyawan dimulai dari on boarding, pertama dengan memiliki buddy system.

Secara pararel, karyawan baru akan ditemani oleh buddy selama satu tahun. Buddy atau teman ini bertugas mendampingi dan memberikan saran, sehingga karyawan baru tidak merasa sendirian. Setelah itu, saat bekerja,  karyawan baru dibimbing oleh atasan (coaching) dan melakukan evaluasi melalui performance evaluation 360 online (memberikan feedback) secara berkala.

Happy employee

Kedua, memilik Standard Operating Procedure kerja yang terstruktur untuk memberikan informasi proses kerja. Setelahnya, penting bagi perusahaan mempunyai Key Performance Indicator dan program training.  Jika ada pelatihan teknikal khusus, perusahaan bisa mengirim talenta mereka ke lembaga lain.

Savoria terbilang agresif melalukan penetrasi pasar. Mulai dari nol pada tahun tahun 2018 dan sekarang sudah memiliki 3.000 lebih karyawan.

BACA JUGA: 5 Tips Career Switch, Siapkan Diri Anda Sebelum Memutuskannya!

“Selama COVID-19, kami justru merekrut 1.600 karyawan baru. Karyawan kami tidak ada yang di PHK dan pengurangan gaji. Saat ini, kami sudah ekspor produk ke 30 negara seperti wilayah Amerika, Afrika,  Timur Tengah, dan Asia untuk produk  Caffino,” ungkap Ihsan.

Manajemen Savoria percaya bahwa karyawan harus memiliki sense of purpose dan sense of ownership di tempat kerja. Ini yang akan meningkatkan engagement.  Selain itu, perusahaan mesti membuat karyawan bekerja keras dan tetap happy. Happy employee itu berdampak pada produktivitas karyawan. Lebih dari itu, sikap leader itu idealnya memimpin dan melayani (serving).

Corporate Engagement Framework

Strategi selanjutnya bisa diadaptasi dari apa yang dilakukan oleh Techconnect yang menerapkan ‘Corporate Engagement Framework’.

Strategi ini  terdiri dari komponen: Digital Tech & Transformation, Career & Development Opportunities, Dampak Sosial, Diversity, Inclusion, Creativity dan enam dimensi program Employee Engagement & Wellness.

“Keenam strategi tersebut merupakan satu rangkaian turunan dari ke-12 pemicu engagement, yakni confidence in leaders, clear & promising direction, respect & recognition, pay & benefit, development opportunities, quality & consumer focus, performance management, authority & empowerment, resources, training, collaboration, dan work-structure-process,” kata  P. Swasono Satyo , Chief Human Resources Officer of TechConnect.

Dengan cara-cara ini, perusahaan memiliki peluang besar untuk semakin engage dengan karyawan, membuat mereka happy dan “homie”, sehingga diharapkan produktivitas bisa terjaga juga kreativitas karyawan tergali dengan baik. Ujungnya, karyawan akan mendukung setiap tujuan serta visi misi perusahaan.

Related