4 Mitos Tentang HIV yang Sering Bikin Penyintas Didiskriminasi

marketeers article
Ilustrasi penyintas HIV (Foto: 123rf)

Tanggal 5 Juni diperingati sebagai Hari Kesadaran Penyintas HIV Jangka Panjang. Momen ini didedikasikan untuk merayakan ketahanan para penyintas yang hidup dengan penyakit tersebut hingga akhir hayatnya. 

Tentu bukanlah perkara yang mudah untuk hidup dengan HIV. Selain karena belum ada obat yang bisa menyembuhkan total penyakit ini, para pengidapnya kerap mendapat stigma negatif di tengah masyarakat. 

Mereka bertahan dalam bayang-bayang mitos yang sering kali dipercaya banyak orang, padahal faktanya tidak demikian. Untuk itu, perlu diketahui kebenaran di balik mitos tersebut agar para penyintas HIV bisa hidup tanpa diskriminasi lagi.

BACA JUGA: Melihat Perkembangan Vaksin HIV, Sudahkah Tersedia?

Merangkum Alodokter, berikut sejumlah mitos mengenai HIV dan fakta di baliknya:

Tertular HIV jika Berdekatan dengan Pengidapnya

Salah satu mitos yang paling sering bertebaran ialah seseorang bisa tertular HIV jika berada di dekat penyintasnya. Faktanya, virus HIV tidak ditularkan hanya karena seseorang berada dalam jarak dekat atau bernapas di ruangan yang sama dengan penderita HIV.

Tertular HIV jika Berkontak Fisik

Bukan hanya berada di ruangan yang sama, melakukan kontak fisik dengan pengidap HIV juga dipercaya bisa menularkan virusnya. Ini tidak benar, sebab virus HIV hanya ditularkan melalui hubungan seksual tanpa kondom, penggunaan jarum suntik bersama, dan pemberian ASI. 

Dengan kata lain, virus HIV tidak akan menular lewat sentuhan kulit, seperti berjabat tangan, berpelukan, berciuman, atau terkena percikan air liur saat penderitanya bersin. Ini juga tidak menular melalui kolam renang, toilet umum, alat makan, atau gigitan nyamuk.

BACA JUGA: Masih Banyak Stigma Negatif Bagi Pengidap HIV/AIDS

HIV Hanya Menjangkiti Orientasi Seksual Tertentu

Beredar pula mitos yang mengatakan hanya orang dengan orientasi seksual tertentu yang bisa terjangkit HIV. Seks anal antarpria homoseksual memang berisiko tinggi menularkan HIV, tapi bukan berarti pasangan heteroseksual aman dari penyakit ini.

Studi menunjukkan angka penularan HIV pada lelaki heteroseksual dan homoseksual tidak jauh berbeda. Meski angka penularan pada kelompok homoseksual tinggi, risiko penularan HIV jauh lebih tinggi pada pengguna narkoba dengan suntikan dan pekerja seks komersial (PSK).

HIV Berarti ‘Vonis Mati’

Tidak sedikit pula yang beranggapan bahwa begitu seseorang didiagnosis mengidap HIV, berarti umurnya tak lama lagi. Padahal, penderita yang rutin menjalani pengobatan berpotensi memiliki ketahanan tubuh yang makin membaik.

Meski belum ada obat yang dapat sepenuhnya membunuh HIV, ada beberapa obat antiretroviral yang memperlambat replikasi virus tersebut. Penderita yang rutin menjalani pengobatan akan memiliki jumlah virus yang sangat rendah, bahkan tidak terdeteksi lagi dalam darah.

Itulah beberapa mitos tentang HIV yang seringkali membuat pengidapnya didiskriminasi. Jika masih ada hal yang membuat Anda ragu, sebaiknya tanyakan ke dokter terlebih dahulu sebelum langsung menjauhi sang penyintas.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS