APSAT 2025: Satelit Ramah Lingkungan Jadi Prioritas Industri di Asia Pasifik

Industri satelit kini menghadapi babak baru. Para pelaku industri mulai menempatkan keberlanjutan lingkungan sebagai bagian dari inovasi teknologinya. Strategi ini dibahas dalam Asia Pacific Satellite Conference (APSAT) 2025.
Dalam konferensi ini, ekosistem satelit yang berdaya saing tinggi namun tetap ramah lingkungan menjadi sorotan utama. Isu tersebut muncul dari kebutuhan untuk menyelaraskan pertumbuhan teknologi dengan prinsip keberlanjutan.
“APSAT telah menjadi benchmark penting bagi pengembangan industri satelit di Asia Pasifik. Setiap tahun, kita tidak hanya menyaksikan kemajuan teknologi, tetapi juga tumbuhnya kolaborasi strategis antarnegara dan sektor,” ujar Anggoro Widiawan, Ketua Umum Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI), dalam siaran pers kepada Marketeers, Senin (2/6/2025).
BACA JUGA: Cetak Sejarah, Cina Uji Coba Koneksi Satelit 6G
Salah satu inovasi penting yang dibahas dalam APSAT 2025 adalah penggantian bahan bakar peluncuran satelit dengan jenis yang lebih bersih. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi emisi berbahaya yang sebelumnya menjadi tantangan utama dalam peluncuran ke orbit.
Selain itu, desain satelit kini juga mempertimbangkan aspek optik, menghindari permukaan reflektif demi mengurangi polusi cahaya di luar angkasa.
Inovasi lainnya menyentuh pada material satelit yang sengaja dirancang untuk terurai sempurna saat kembali ke atmosfer. Tujuannya adalah memastikan limbah antariksa tidak membahayakan lingkungan bumi.
Teknologi ini masih dalam tahap pengembangan, namun demikian, beberapa institusi telah mulai mengadopsinya sebagai standar baru dalam rekayasa satelit.
Meski begitu, adopsi teknologi ramah lingkungan tidak lepas dari tantangan, terutama bagi negara yang baru membangun industri satelitnya. Indonesia, misalnya, tengah mendorong produksi satelit secara mandiri dan sekaligus harus menjawab tuntutan inovasi berkelanjutan.
Melalui partisipasinya dalam APSAT 2025, Indonesia menunjukkan keseriusan untuk ikut serta dalam pengembangan teknologi yang tidak hanya modern, tetapi juga bertanggung jawab. Hal ini mencakup sektor pendidikan, kesehatan, dan layanan publik di daerah terpencil.
Selain aspek lingkungan, konferensi ini juga menyoroti integrasi teknologi satelit dengan jaringan 5G dan Internet of Things (IoT). Konvergensi ini dinilai dapat memperluas jangkauan konektivitas, terutama di wilayah yang belum terjangkau jaringan darat.
BACA JUGA: Bocoran Samsung Galaxy S24: Koneksi Satelit, Kamera 200MP, Video Resolusi 8K
Satelit juga dilihat sebagai instrumen penting untuk memperkuat kedaulatan digital nasional, Ketersediaan koneksi dari satelit memungkinkan layanan digital menjangkau wilayah yang belum terlayani jaringan darat.
“Kami mendorong pemanfaatan satelit untuk pendidikan dan kesehatan di wilayah terpencil. Teknologi ini bisa mempercepat inklusi digital dan menutup kesenjangan layanan,” ujar Anggoro.
Pembahasan tentang kebijakan frekuensi dan orbit juga menjadi bagian penting dalam APSAT 2025. Sinkronisasi secara regional dan global dibutuhkan agar tidak terjadi interferensi antarnegara dan pemanfaatan spektrum menjadi lebih efisien.
Panel diskusi bertajuk Sustainable Space Technology menjadi salah satu sesi yang paling menyedot perhatian dengan pembahasan tentang arah baru peluncuran satelit yang berkelanjutan. Topik ini menjadi prioritas, seiring dengan meningkatkan kesadaran lingkungan global.
Ada pun sesi khusus bertema Connectivity & Mobility Services, yang membahas tantangan dan peluang konektivitas untuk sektor maritim dan penerbangan. Diskusi ini memperlihatkan bahwa penerapan teknologi satelit tidak lagi terbatas pada komunikasi, tetapi mulai merambah ke berbagai sektor mobilitas yang membutuhkan konektivitas real-time.
Partisipasi lintas sektor, termasuk keterlibatan regulator, menjadi fondasi kuat bagi penyelenggaraan APSAT 2025. Sinergi antara pelaku industri dan pembuat kebijakan dinilai penting agar regulasi mampu beradaptasi dengan kecepatan inovasi.
“Kita perlu memastikan bahwa perkembangan teknologi satelit selaras dengan kepentingan lingkungan dan regulasi global. Kolaborasi adalah kunci membangun masa depan luar angkasa yang bertanggung jawab,” tuturnya.
Editor: Dyandramitha Alessandrina