Bagaimana UKM Lokal Bisa Bertahan Hadapi Pandemi?

marketeers article

Pandemi COVID-19 yang menghantam sektor ekonomi begitu kuatnya membuat pertumbuhan ekonomi dan iklim usaha di negeri ini melambat. Berdasarkan survei Katadata Insight Center (KIC) di Jabodetabek, Juni lalu, 57% UKM berada dalam kondisi buruk, dan 25% hanya dapat bertahan hingga September 2020. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pun memperkirakan ada sekitar 47% yang terancam gulung tikar. 

Padahal, sektor ini menyumbang 60% PDB Indonesia dan menyerap lebih dari 90% tenaga kerja. Maka dari itu, Teten Masduki menekankan kolaborasi menjadi penting bagi UKM untuk bisa terus menjalankan operasional hingga berkembang baik. 

“Mendorong kemitraan UKM dengan usaha besar kini sangat penting. Misalnya seperti kolaborasi antara UKM yang jadi pemasok untuk group Astra misalnya,” ujar Teten dalam webinar daring Katadata bersama Universitas Prasetiya Mulya dan IKAPRAMA beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, Teten menyebutkan, UKM saat ini juga perlu untuk segera bertransformasi ke arah digital agar bisa mengoptimalkan usaha. Sehingga, tak hanya meningkatkan pemasaran namun juga memotong biaya produksi. “High cost industri kita bukan hanya di manufaktur, tapi juga UKM,” jelas Teten. 

Co-founder & CEO Tokopedia, William Tanuwidjaya sejalan dengan menjelaskan bahwa pihaknya saat ini terus menggiatkan UKM. Harapannya, UKM ini semakin terakomodir dalam marketplace-nya. Terlebih, di masa pandemi seperti saat ini yang menuntut digitalisasi. 

“Pandemi ini justru menjadi momen Tokopedia. Dengan UKM bertransformasi digital, kesempatan melayani pelanggan akan tetap ada,” ujarnya. 

Selain pemerintah pihak akademisi juga ikut andil dalam upaya memulihkan ekonomi nasional dengan mengarahkan angkatan kerja yang baru lulus untuk menjadi pengusaha. 

Prof. Dr. Djisman Simandjuntak, Rektor Universitas Prasetiya Mulya menyatakan bahwa transformasi Perguruan Tinggi di indonesia menjadi arena formasi pengusaha-pengusaha yang inovatif, terutama di sektor padat ilmu pengetahuan.

Dengan nilai Collaborative Learning by Enterprising, Prasetiya Mulya meletakkan mahasiswa sebagai pengusaha yang sedang belajar. Prof. Agus W. Soehadi, Wakil Rektor I Bidang Pembelajaran Universitas Prasetiya Mulya, dalam diskusi menyampaikan empat tahapan menjadi sosok entrepreneur. 

“Mulai dari knowledge and skills of entrepreneurship, being the entrepreneur,  be the entrepreuner, dan scale-up,” jelasnya.

Ekosistem bisnis dan kolaborasi di dalamnya menjadi satu pembelajaran yang komprehensif. 

“Yang akan kami develop lebih lanjut adalah ketika mereka sudah masuk dan menjalankan usahanya. Di sini, akan terbuka luas peluang kolaborasi dengan berbagai pihak. Seperti antara Universitas dan Ikatan Alumni Prasetiya Mulya (IKAPRAMA),” pungkasnya.

IKAPRAMA sendiri berperan aktif dan turut mengakomodir pertumbuhan UKM di Indonesia melalui jejaring dan ekosistem bisnis yang dibutuhkan para pengusaha. 

Related