Cara Mengaplikasikan Prinsip Game dalam Strategi Pemasaran (2)

marketeers article
Ilustrasi. (FOTO) 123rf)

Ini merupakan artikel lanjutan dari: Cara Mengaplikasikan Prinsip Game dalam Strategi Pemasaran (1)

Investment Exit Barrier

Setelah mengawal ekspektasi pemain, game umumnya menerapkan reward saat menyelesaikan sejumlah tantangan. Reward yang diberikan di setiap tantangan bahkan berbeda-beda bergantung challenge yang diselesaikan pemain.

Hal itu bisa berupa poin, karakter baru, hingga terbukanya challenge lanjutan yang lebih menantang bagi pemain. Alhasil, ini membuat pemain tetap bertahan sehingga terus memainkan game-nya

“Ini berfungsi sebagai penghargaan, sebagai insentif buat si user. Ini juga akhirnya berfungsi sebagai exit barrier atau investment gitu. Sayang nih kalau enggak dilanjutkan karena sudah dapat reward macam-macam,” kata Untung.

BACA JUGA: Terapkan Prinsip ESG, BCA Life Tanam 1.999 Pohon Mangrove

Untung menyatakan prinsip game tersebut bisa diterapkan oleh merek untuk mendorong konsumen melakukan pembelian terus-menerus. Penerapan loyalty point di setiap transaksi tanpa sadar memengaruhi psikologis pelanggan untuk tetap menambah poin.

Apalagi, poin-poin yang dikumpulkan bisa ditukarkan dengan produk khusus yang membuat pelanggan merasa mendapatkan insentif khusus.

“(Dengan) loyalty point bikin orang jadi sayang nih kalau enggak transaksi lagi. Nanti poinnya hangus. Bisa juga ada konsumen tier dapat keistimewaan diskon lebih, gratis ongkir dan sebagainya,” ujarnya.

Habit Forming

Dia menambahkan banyak mobile game membangun habit forming pemain, yaitu kebiasaan untuk terus log in setiap harinya. Dengan selalu log in, pemain tidak akan tertinggal informasi terbaru ataupun challenge yang disiapkan dalam event di setiap season game.

Hal itu akhirnya mendorong pemain untuk terus membuka game setiap harinya, meskipun tidak memainkannya. Berbeda dengan aplikasi-aplikasi smartphone di luar media sosial yang banyak diunduh pengguna, yang mana pada akhirnya aplikasi justru jarang digunakan.

BACA JUGA: Paramount Land Jaga Eksistensi di Ajang BCI Asia Awards 2023

“Berapa banyak (aplikasi) yang kita gunakan secara reguler? Kita enggak terbiasa buka-buka lagi (karena) ada barrier. Nah untuk ngeruntuhin barrier itu adalah itu tadi dibikin dalam tanda kutip kewajiban untuk yuk buka saja,” tuturnya.

Untung melanjutkan sejumlah brand di sektor e-commerce telah menerapkan prinsip game habit forming. E-commerce bahkan membuat game sederhana yang tidak berhubungan dengan bisnisnya untuk terus membawa pengguna tetap membuka aplikasi.

“Di brand kita bisa bangun itu, bangun kebiasaan untuk pakai produk kita dulu, setidaknya datang ke toko secara regulernya,” ucapnya.

Leaderboard

Terakhir yang tak kalah penting, prinsip leaderboard dalam game atau disebut sistem ranking. Setiap menyelesaikan tantangan, pemain akan berada dalam ranking tertentu, dan untuk menuju ranking teratas challenge akan menjadi jauh lebih sulit.

Untung menilai prinsip ini akan menjadi social influence lanjutan saat orang-orang sekitar pemain sudah mencapai ranking tertinggi. Dengan begitu, pemain akan terus memainkan game, minimal sampai ranking yang sama.

Leaderboard jadi powerful ketika ada orang-orang yang kita kenal ada di (ranking) atas, makanya ada (istilah) ayo push rank. Nah brand gimana? Kita bisa menerapkan yang sama, yaitu membangun sense of competition yang bikin orang balik lagi,” ujarnya. (Habis)

Related