Dalam era pemasaran digital yang serbacepat dan penuh distraksi, membangun koneksi yang autentik dengan konsumen menjadi makin penting. Salah satu pendekatan yang terus berkembang adalah pemanfaatan Key Opinion Leader (KOL) marketing.
Skechers, merek global yang dikenal akan inovasi dan kenyamanan alas kakinya, menempatkan strategi KOL ini sebagai bagian integral dari kampanye komunikasinya, namun dengan pendekatan yang lebih selektif dan strategis.
Alih-alih hanya menggandeng figur populer, Skechers Indonesia memilih KOL yang benar-benar mencerminkan gaya hidup aktif dan nilai-nilai merek. Menurut Stefanie Saragih, Brand Marketing Senior Division Manager PT MAP Aktif Adiperkasa, proses kurasi dilakukan dengan mempertimbangkan aspek keaslian, bukan semata-mata jumlah pengikut.
BACA JUGA: Sambut Tren Padel, Skechers Gelar Kampanye #MainNyaman
“Kami tidak asal pilih KOL. Yang kami cari adalah real people yang gaya hidupnya relevan dengan produk kami, bukan sekadar terkenal,” kata Stefanie saat ditemui oleh Marketeers beberapa waktu lalu di Jakarta, Rabu (28/5/2025).
Pendekatan ini terlihat dalam kampanye terbaru Skechers yang menyasar komunitas padel, olahraga yang sedang populer di kalangan urban. Skechers melibatkan sejumlah lifestyle KOL yang aktif bermain padel dan memiliki kedekatan alami dengan kegiatan tersebut.
Bagi Skechers, kehadiran KOL bukan sekadar alat promosi, tetapi bagian dari strategi komunikasi yang terintegrasi. Kampanye mereka tidak berhenti di media sosial KOL, namun juga diperkuat dengan pendekatan 360-degree communication.
Artinya, pesan yang sama dikomunikasikan secara konsisten melalui berbagai saluran, dari akun media sosial resmi, situs web, hingga media konvensional.
BACA JUGA: 5 Strategi Jitu Mengelola KOL agar Kampanye Brand Lebih Gong!
“Kami masih melihat peran media massa sebagai bagian penting dalam distribusi pesan. Semua kanal kami manfaatkan agar pesan yang disampaikan tidak terputus,” ujar Stefanie.
Menariknya, keberhasilan kampanye KOL tidak lagi hanya diukur dari angka impresi atau reach, melainkan dari seberapa besar kepercayaan yang bisa dibangun. Stefanie menekankan bahwa audiens saat ini lebih kritis dan cenderung mempercayai pengalaman dari figur yang mereka anggap relevan.
“KOL sudah jadi sumber utama informasi. Ketika mereka menyampaikan pengalaman pribadi, itu punya bobot lebih dibanding iklan biasa,” ucapnya.
Peran KOL dalam konteks ini terus berkembang. Di Indonesia, di mana penggunaan media sosial tergolong tinggi secara global, KOL bukan hanya wajah dari sebuah kampanye, tetapi menjadi perpanjangan dari identitas merek itu sendiri.
Mereka menjembatani antara produk dan konsumen, menghadirkan narasi yang lebih personal dan relatable. Melalui pemilihan KOL yang relevan, kampanye yang otentik, serta pendekatan komunikasi yang menyeluruh, Skechers menunjukkan bahwa keberhasilan strategi pemasaran digital tidak ditentukan oleh popularitas semata.
Di tengah derasnya arus konten dan iklan, pesan yang disampaikan dengan cara yang nyata dan jujur justru lebih mudah diterima dan membangun kepercayaan jangka panjang.
Editor: Ranto Rajagukguk