Co-Marketing: Perluas Jangkauan Pasar dengan Kolaborasi Iklan

marketeers article
co-marketing | sumber: 123rf

Sebagai seorang marketer, Anda tentu akan selalu mencari cara baru agar dapat meraup keuntungan besar dari strategi pemasaran yang dilakukan. Co-marketing dapat menjadi salah satu cara yang bisa Anda lakukan. 

Anda dapat melibatkan dua atau lebih perusahaan yang potensial untuk diajak berkolaborasi dan bekerja sama, sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Selain itu, co-marketing juga dapat menjadi strategi yang cukup baik untuk memperluas target pasar yang belum pernah dijangkau dan meningkatkan brand awareness. 

Untuk dapat mengetahui strategi ini lebih mendalam, simak pembahasan selengkapnya berikut ini:

Apa itu co-marketing?

Menurut Indeed, co-marketing adalah strategi pemasaran saat dua brand atau bisnis yang serupa menggabungkan pemasaran yang dilakukan untuk saling mempromosikan produk atau layanan. Sementara itu, menurut HubSpot, co-marketing adalah proses menumbuhkan dua bisnis atau lebih pada saat yang sama dengan bekerja sama untuk berbagi keahlian dan menawarkan nilai/produk kepada audiens mereka. 

Dalam kolaborasi atau kemitraan ini, kedua perusahaan akan mempromosikan konten atau produk dan kemudian akan berbagi hasil dari promosi tersebut. Dengan memanfaatkan hubungan yang baik ini, kampanye pemasaran yang dilakukan akan menghasilkan lebih banyak prospek, buzz, dan awareness dari audiens. 

Dengan begitu, tujuan dari strategi ini adalah untuk menghasilkan lebih banyak visibilitas dan penjualan dengan beriklan ke audiens yang sudah dimiliki oleh brand lain. Pemasaran yang dilakukan bersamaan ini dapat meningkatkan kualitas konten dan produk, menghemat waktu, budget, hingga sumber daya yang dibutuhkan. 

BACA JUGA: Buzz Marketing: Strategi Viralitas di Dunia Maya

Perbedaan co-marketing dan co-branding

Melansir Indeed, setidaknya terdapat tiga perbedaan utama dalam kedua konsep ini.

1. Definisi

Co-marketing adalah melibatkan dua perusahaan yang bekerja sama untuk menghasilkan konten pemasaran tertentu, sedangkan co-branding adalah upaya bersama untuk menciptakan produk baru untuk dijual. Contoh co-marketing adalah dua desainer baju yang mempromosikan sepatu yang berbeda di halaman media sosial mereka secara bersama. 

Sementara itu, co-branding adalah ketika seorang desainer pakaian terkenal berkolaborasi dengan sebuah brand pakaian mahal untuk membuat satu pakaian baru hasil kolaborasi tersebut. 

2. Kemitraan

Co-marketing akan berfokus pada mengidentifikasi brand yang ingin diajak kerja sama karena sebaiknya brand ini bukanlah pesaing utama produk Anda. Co-marketing yang Anda lakukan harus dapat saling melengkapi dan mempromosikan satu sama lain. 

Anda juga bisa mencari produk yang memiliki target audiens serupa, namun menjual produk atau layanan yang berbeda. Sementara itu, untuk co-branding, Anda dapat mencari mitra yang sesuai dengan kebutuhan Anda dalam membuat produk yang Anda inginkan. 

Mitra co-branding ini bisa Anda jadikan peluang untuk mendapatkan sumber daya tertentu yang tidak bisa Anda jangkau sebelumnya. 

3. Siklus strategi

Untuk co-marketing umumnya memiliki siklus hidup strategi yang cukup panjang, bahkan hingga bertahun-tahun. Hal ini tergantung seberapa sukses kemitraan yang berlangsung. 

Makin baik kinerja co-marketing yang dilakukan, maka akan kian erat hubungan dari kedua jenis bisnis ini. Untuk strategi co-branding biasanya memiliki siklus hidup yang lebih pendek tergantung seberapa lama produk kolaborasi tersebut dapat menghasilkan pendapatan. 

BACA JUGA: Kenalan Lebih Jauh dengan Profesi Buzzer dalam Buzz Marketing

Keuntungan co-marketing

– Hemat biaya karena Anda melakukan pemasaran dengan bermitra, sehingga beberapa kebutuhan pemasaran dapat dipenuhi secara bersama-sama, mulai dari waktu, uang, dan sumber daya.

– Jangkauan audiens yang lebih luas karena produk Anda dapat dilihat oleh audiens dari produk mitra Anda yang sebelumnya belum pernah dijangkau.

– Memperkuat brand identity, terutama jika Anda bermitra dengan merek terkenal. Brand identity produk Anda akan jauh lebih dikenal dan dipercaya oleh audiens yang lebih luas. 

Tipe co-marketing

– Ebook dengan membuat buku elektronik bersama yang bertujuan untuk mengedukasi audiens yang sejenis. 

– Content marketing partnership dapat berupa blog, video, konten artikel, dan konten media sosial untuk menjangkau audiens dari brand lain. 

– Webinar cukup ramai diselenggarakan oleh bisnis, terutama semenjak pandemi. Banyak brand melakukan webinar bersama untuk mendapatkan eksposur.yang luas.

– Event sponsorship yang umumnya dilakukan oleh perusahaan besar untuk mendapatkan brand exposure yang lebih luas, bahkan untuk audiens yang sebelumnya tidak ditargetkan. 

Contoh penerapan co-marketing

Strategi co-marketing ini dilakukan oleh maskapai Citilink Indonesia dengan platform online shopping JD.ID yang telah ditutup pada Februari 2023 lalu. Strategi ini dilakukan oleh JD.ID dan Citilink pada tahun 2017 silam. 

Co-marketing yang dilakukan adalah dengan memberikan pengalaman berbelanja online dalam penerbangan, sehingga penumpang Citilink dapat memiliki pengalaman unik saat berbelanja. Strategi co-marketing ini berupa free JD.ID shopping voucher senilai Rp 100.000 untuk pelanggan Citilink yang membeli tiket melalui website Citilink. 

Program lainnya adalah in-flight shopping dimana penumpang dapat berbelanja produk JD.ID di katalog yang ada di dalam pesawat dan langsung mendapatkan produk yang diinginkan saat mendarat di bandara tujuan.  Strategi co-marketing ini bertujuan untuk memberikan sesuatu yang baru bagi masyarakat sehingga calon pelanggan tertarik dan ingin mencoba program yang ditawarkan oleh JD.ID dan Citilink Indonesia. 

BACA JUGA: Mass Marketing: Satu Produk untuk Semua Pelanggan, Memang Bisa?

Demikianlah penjelasan mengenai strategi co-marketing yang bisa Anda terapkan dalam bisnis. Strategi ini dapat menjadi cara yang potensial bagi Anda untuk menjangkau pasar baru dan saling menguntungkan dalam hubungan kemitraan bisnis. 

Anda bisa melakukan eksperimen dengan menjalankan berbagai jenis iklan dan kampanye dengan berbagai mitra. Namun, jangan lupa untuk memperhitungkan biaya dan output yang Anda dapatkan dari co-marketing yang dilakukan. 

Editor: Ranto Rajagukguk

Related