Cuaca Panas Ekstrem dan Polusi Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

marketeers article
Ilustrasi polusi dapat tingkatkan risiko serangan jantung. (Sumber: 123rf)

Cuaca panas ekstrem dan paparan polusi diketahui dapat meningkatkan dua kali lipat risiko serangan jantung. Hal ini diungkap dalam penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Circulation.

Studi tersebut telah meneliti lebih dari 200.000 kematian yang disebabkan oleh serangan jantung selama 2015 hingga 2020 di Jiangsu, Cina. Selain itu, penelitian tersebut juga menemukan fakta bahwa suhu dingin yang ekstrem juga dapat membuat seseorang berisiko lebih besar terkena serangan jantung yang fatal.

Pasalnya, ketika suhu sangat tinggi ataupun rendah, ditambah terdapat polusi partikulat tingkat tinggi dapat meningkatkan risiko seseorang meninggal karena serangan jantung.

BACA JUGA CCEP Indonesia Komitmen dalam Ekonomi Sirkular dan Pengurangan Plastik

“Kondisi cuaca panas ekstrem yang berlangsung lama dapat memperburuk penyakit kardiovaskular dan polusi dapat membuatnya menjadi lebih buruk,” ujar Catharina Giudice, seorang dokter pengobatan darurat, dikutip dari Washington Post, Senin (31/7/2023).

Penelitian ini juga menemukan fakta bahwa orang tua dan perempuan memiliki risiko lebih tinggi terhadap hal ini. Dilansir dari CNN Internasional, menurut Badan Perlindungan Lingkungan AS, partikulat, atau polusi partikel, adalah campuran tetesan padat dan cair yang mengambang di udara. 

Polusi ini dapat berupa kotoran, debu, jelaga, atau asap. Jenis polusi ini sendiri berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas alam. 

Tak hanya itu, polusi tersebut juga dapat dihasilkan dari mobil, aktivitas pertanian, jalan tak beraspal, lokasi konstruksi, dan kebakaran hutan.

BACA JUGA Cegah Heatwave lewat Transportasi Hijau untuk Tekan Perubahan Iklim

Studi ini berfokus pada bahaya yang disebabkan oleh materi partikulat terkecil, yakni PM2.5. Artinya, partikel ini memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga dapat bergerak melewati pertahanan tubuh.

Alih-alih dikeluarkan melalui napas, partikel tersebut dapat tersangkut di paru-paru atau masuk ke dalam aliran darah. Pada akhirnya, partikel polusi ini bisa menyebabkan iritasi dan peradangan dan menimbulkan masalah pernapasan.

Dalam jangka panjang, paparan polusi partikel ini dapat menyebabkan kanker, stroke, dan serangan jantung. Oleh karena itu, banyak dokter memperingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan jantung mereka, terutama yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi yang tinggi.

Di samping itu, Juli 2023 juga disebut sebagai bulan terpanas dalam catatan sejarah sejak lebih dari 100.000 tahun. Para ilmuwan dari dua otoritas iklim internasional menyampaikan penduduk dunia baru saja melewati tiga minggu terpanas dalam catatan sejarah.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related