Deteksi Dini, Langkah Awal Menang Melawan Kanker Payudara!

marketeers article
Ilustrasi. Sumber: 123RF

MRCCC Siloam Hospitals bersama Roche Indonesia baru saja menggelar acara edukatif bertajuk “TOGETHER WE THRIVE: Oncologist & Patient in Conversation”. Kegiatan ini mempertemukan pasien dan penyintas kanker payudara dengan dokter spesialis Hematologi Onkologi Medik, dengan tujuan membangun keberanian sekaligus mengedukasi pentingnya mengambil kendali atas perjalanan kesehatan mereka.

Kanker payudara masih menjadi ancaman serius bagi perempuan di Indonesia. Berdasarkan data The Global Cancer Observatory (Globocan) 2022, tercatat lebih dari 66.000 kasus baru setiap tahunnya, dengan angka kematian mencapai lebih dari 22.000 kasus.

Meski pilihan terapi kian berkembang, lebih dari 70% pasien masih terdiagnosis dalam kondisi stadium lanjut, sehingga memperkecil peluang kesembuhan. Kondisi ini menegaskan betapa pentingnya deteksi dini dan edukasi terkait kanker payudara yang berkelanjutan.

Dr. dr. Andhika Rahman, Sp.PD-KHOM, Dokter Subspesialis Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam di MRCCC Siloam Hospitals menekankan deteksi dini merupakan kunci untuk meningkatkan angka kesembuhan kanker payudara. Salah satu langkah sederhana namun krusial adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan pemeriksaan klinis payudara (SADANIS).

BACA JUGA: Ibu Hamil Wajib Vaksinasi Influenza, Mitos atau Fakta?

SADARI dianjurkan dilakukan 7–10 hari setelah menstruasi, saat kondisi hormonal lebih stabil sehingga perubahan pada jaringan payudara lebih mudah terdeteksi.

“Lebih baik dilakukan saat mandi dengan bantuan sabun agar perabaan menjadi lebih mudah. Jika ditemukan kelainan, pasien sebaiknya melanjutkan pemeriksaan dengan USG atau mamografi,” kata dr. Andhika saat ditemui oleh Marketeers di Jakarta, Selasa (22/4/2025).

Hasil pemeriksaan tersebut akan diklasifikasikan menggunakan sistem BI-RADS. Jika hasil menunjukkan kategori mencurigakan (BI-RADS 4 atau 5), pasien perlu menjalani biopsi untuk memastikan diagnosis.

dr. Andhika juga membantah mitos yang menyebutkan bahwa biopsi dapat menyebabkan penyebaran kanker payudara. Sebaliknya, biopsi justru menjadi langkah penting untuk menentukan pengobatan yang paling efektif.

“Karakteristik benjolan juga menjadi perhatian penting dalam proses diagnosis. Benjolan yang keras, tidak mudah digerakkan, membesar dengan cepat, atau disertai perubahan pada kulit seperti kemerahan atau penebalan harus segera diperiksakan. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak juga bisa menjadi tanda penyebaran yang perlu diwaspadai,” ujar dr. Andhika.

BACA JUGA: Mengenal Penyebab Pendarahan Otak Tanpa Gejala

Setelah diagnosis ditegakkan, pasien akan menjalani tahap staging untuk mengetahui sejauh mana kanker telah menyebar. Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan alat seperti CT scan atau PET scan dan akan membantu dokter menentukan strategi pengobatan terbaik, baik melalui operasi, kemoterapi, radioterapi, maupun terapi target seperti anti-HER2 untuk jenis kanker tertentu.

Namun, dr. Andhika mengingatkan tidak semua benjolan berarti kanker payudara, dan tidak semua kasus kanker payudara memerlukan tindakan besar seperti mastektomi radikal.

“Banyak benjolan bersifat jinak, terutama pada perempuan muda. Karena itu, penting untuk tetap melakukan evaluasi medis tanpa rasa panik, tetapi juga tidak mengabaikan gejala yang ada. Sikap waspada dan pemeriksaan yang tepat menjadi langkah awal yang penting,” ucapnya.

Pada akhirnya, perjuangan melawan kanker payudara bukan hanya soal pengobatan medis, tetapi juga tentang membangun kesadaran, memperluas edukasi, dan menumbuhkan keberanian untuk terlibat aktif dalam menjaga kesehatan diri sendiri.

“Pasien bukan hanya objek tindakan medis. Mereka harus memahami hak dan pilihan mereka. Edukasi adalah kunci,” tutur dr. Andhika.

Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai deteksi dini, pentingnya pemeriksaan rutin, dan kesadaran atas hak sebagai pasien, perempuan Indonesia diharapkan semakin siap melawan kanker payudara, menjaga kualitas hidup, dan melanjutkan perjuangan dengan semangat yang lebih kuat.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS