Jangan Anggap Sepele! Ini Pentingnya Diagnosis Lengkap untuk Deteksi Kanker Payudara

marketeers article
Ilustrasi. Sumber: 123RF

Kanker payudara masih menjadi ancaman serius bagi perempuan di seluruh dunia. Namun, kemajuan teknologi medis saat ini membawa harapan baru.

Peluang untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik sangat bergantung pada ketepatan diagnosis sejak dini. Dr. dr. Andhika Rahman, Sp.PD-KHOM, Dokter Subspesialis Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam di MRCCC Siloam Hospitals menjelaskan diagnosis kanker payudara tidak hanya bertujuan memastikan apakah tumor bersifat ganas atau jinak.

Lebih dari itu, diagnosis membantu memahami karakteristik tumor secara menyeluruh, mulai dari jenis, tingkat keganasan, hingga potensi penyebarannya.

“Dalam istilah medis, diagnosis bukan sekadar menentukan keganasan, tetapi juga menggali informasi mendalam tentang sifat tumor tersebut,” kata dr. Andhika dalam acara edukasi kanker payudara yang diselenggarakan oleh Roche Indonesia, bekerja sama dengan MRCCC Siloam Hospitals di Jakarta, Selasa (22/4/2025).

BACA JUGA: Waspada Microsleep saat Mudik, Ini Cara Mencegahnya

Proses diagnosis kanker payudara biasanya diawali dengan pemeriksaan pencitraan, seperti USG atau mamografi. Jika hasil pencitraan menunjukkan kecurigaan adanya keganasan, langkah selanjutnya adalah melakukan biopsi untuk mendapatkan kepastian.

“Biopsi menjadi prosedur penting untuk memastikan diagnosis kanker payudara. Ada beberapa metode, seperti fine needle aspiration (FNA), core biopsy, dan incisional biopsy. Pada FNA, minimal kami mengambil sampel dari tiga titik berbeda. Sebab salah ambil, hasilnya bisa tidak akurat,” ujar dr. Andhika.

Core biopsy, menurutnya, memungkinkan pengambilan jaringan lebih besar sehingga analisis lebih detail, sedangkan incisional biopsy membantu membedakan jaringan tumor dari jaringan sehat dengan lebih jelas.

Meski biopsi sering kali menimbulkan kekhawatiran, dr. Andhika menegaskan risiko penyebaran sel kanker akibat biopsi sangat kecil. Dengan teknik modern saat ini, prosedur dilakukan secara terkontrol dan aman.

Setelah biopsi, sampel jaringan diperiksa melalui analisis histopatologi untuk menentukan jenis kanker payudara, seperti invasive ductal carcinoma atau invasive lobular carcinoma, serta menilai tingkat keganasannya.

BACA JUGA: Kenali Gejala dan Pencegahan Pneumonia, Penyakit yang Diidap Barbie Hsu

“Kalau grade-nya tiga, berarti sel kanker itu lebih agresif dan tumbuh lebih cepat. Setelah itu, pemeriksaan lanjutan dilakukan seperti status hormon estrogen dan progesteron (ER/PR) serta ekspresi HER2 juga sangat penting untuk menentukan strategi pengobatan yang paling sesuai,” ujar dr. Andhika.

Hasil diagnosis inilah yang menjadi dasar dalam menyusun rencana terapi yang tepat. Ada pasien kanker payudara yang perlu menjalani kemoterapi terlebih dahulu sebelum operasi, tetapi ada juga yang bisa langsung dioperasi.

“Semua itu bergantung pada hasil diagnosis lengkap, tidak bisa sembarangan. Tindakan operasi kanker payudara tanpa perencanaan yang matang berdasarkan data bisa berisiko memperburuk kondisi pasien,” ucapnya.

Pada akhirnya, diagnosis kanker payudara bukan hanya soal menentukan jinak atau ganas, melainkan tahapan krusial yang menentukan keseluruhan perjalanan pengobatan. Tanpa diagnosis yang lengkap, dokter tidak bisa menentukan pengobatan yang tepat.

“Setiap perempuan yang merasakan perubahan atau benjolan di payudara harus segera memeriksakan diri. Pemeriksaan yang teliti dan sabar dalam proses diagnosis bisa menjadi kunci dalam menentukan masa depan pasien,” tutur dr. Andhika.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS