Dicoding: Indonesia Butuh 23 Juta Talenta Digital Tahun 2045

marketeers article
Dicoding: Indonesia Butuh 23 Juta Talenta Digital Tahun 2045 (FOTO: Marketeers/Bernad)

Dicoding, perusahaan edukasi teknologi menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam membangun ekosistem talenta digital yang mumpuni guna mendukung visi Indonesia Emas 2045.

Dalam riset terbaru yang dirilis oleh Dicoding, Indonesia diproyeksikan membutuhkan 23.328.789 talenta informatika untuk dapat bersaing dalam ekonomi digital global.

Chief Executive Officer Dicoding Narenda Wicaksono menegaskan untuk mencapai target tersebut, diperlukan sinergi antara pemerintah, industri, universitas, sekolah, serta lembaga pelatihan teknologi. Ia menekankan kesuksesan dalam membangun talenta digital tidak hanya bergantung pada pendidikan formal, tetapi juga pelatihan informal dan pengalaman praktik di industri.

Menuju tahun 2045, pemerintah menargetkan Indonesia menjadi negara maju dengan GDP sebesar US$ 9,8 triliun, meningkat tujuh kali lipat dari 2024. Untuk mencapai hal tersebut, kontribusi sektor teknologi terhadap ekonomi Indonesia harus meningkat menjadi 10% dari GDP, dibandingkan hanya 4% di tahun 2024. Oleh karena itu, pengembangan talenta digital menjadi kunci utama dalam mendorong transformasi digital di berbagai sektor.

“Saat ini, kontribusi sektor IT terhadap GDP hanya 4%. Untuk menyamai negara maju, angka ini harus naik menjadi 10%. Namun, itu hanya mungkin tercapai jika kita memiliki 23 juta talenta informatika yang kompeten,” ujarnya dalam acara Dicoding Connect 2025 yang digelar di Jakarta, Kamis (20/2/2025).

BACA JUGA: Jaring Bibit Developer, Lintasarta Digischool Kembali Adakan Beasiswa

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar menambahkan Indonesia harus berperan lebih dari sekadar pasar teknologi, tetapi juga sebagai produsen inovasi digital.

“Untuk maju, kita harus relevan di mata dunia, sehingga Indonesia tidak hanya menjadi pengguna teknologi tetapi juga pencipta. Transformasi digital terus berkembang, dan kita memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan generasi berikutnya,” kata Irene.

Salah satu rekomendasi utama riset ini adalah perlunya ekspansi program seperti Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk memberi ruang lebih besar pada pelatihan non-formal. Sekolah dan universitas juga didorong memberikan pengakuan akademis terhadap sertifikasi dari lembaga terpercaya seperti Dicoding.

Di sisi lain, industri diajak berinvestasi dalam pelatihan berbasis keterampilan serta membuka akses pembiayaan bagi peserta dari berbagai kalangan.

BACA JUGA: Kian Dibutuhkan, Pijar Mahir Perkuat Pelatihan SDM Bidang IT

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam industri digital global. Namun, untuk mencapai Indonesia Emas 2045, kolaborasi dan investasi dalam pendidikan teknologi harus diperkuat.

Dengan strategi yang tepat, Indonesia tidak hanya akan memenuhi kebutuhan 23 juta talenta digital, tetapi juga menciptakan inovasi yang berdampak global.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS