Elon Musk Alami Paranoid usai Jadi CEO X, Apa Itu?

marketeers article
Elon Musk alami paranoid usai jadi CEO X (Foto: 123rf)

Keputusan Elon Musk untuk mengakuisisi Twitter tidak hanya membawa banyak perubahan bagi jagat maya, tetapi juga dirinya sendiri. Ia dikabarkan mengalami paranoid usai menjadi CEO X, media sosial yang dibelinya pada 2022 lalu.

Hal tersebut sebagaimana disampaikan penulis Breaking Twitter, Ben Mezrich. “Ia (Musk) menjadi sangat paranoid, sehingga melarang pertemuan lebih dari dua orang di Twitter karena takut akan pemberontakan,” ujarnya kepada Business Insider.

Mezrich membeberkan bahwa CEO Tesla itu takut karyawannya akan menyabotase situs X untuk menjatuhkannya. Pengembang media sosial tersebut, Amir Shevat, bahkan menambahkan: jika ada yang ketahuan melakukan pertemuan besar, berisiko dipecat.

BACA JUGA: Elon Musk Larang “From the River to the Sea” di X, Apa Artinya?

Gelagat Musk yang demikian menjadi salah satu pertanda bahwa dirinya mengidap gangguan kepribadian paranoid. Sebagaimana dilansir dari Alodokter, ini merupakan masalah psikologis yang ditandai dengan munculnya rasa curiga dan takut berlebihan. 

Gangguan kepribadian paranoid umumnya muncul akibat trauma psikologis pada masa lalu. Kondisi ini cenderung lebih sering dialami oleh laki-laki dan biasanya muncul pada usia remaja atau dewasa.

Lantas, adakah ciri-ciri lain yang menandakan seseorang mengidap paranoid? Berikut ulasan selengkapnya:

Ciri Orang Paranoid

Seperti dijelaskan sebelumnya, gejala khas kepribadian paranoid adalah sulit atau bahkan tidak bisa memercayai orang lain. Pengidap masalah psikologis ini cenderung akan berpikir orang lain memiliki niat jahat terhadapnya.

Pemikiran yang demikian lantas membuat penderita gangguan paranoid bersikap independen dalam segala hal. Mereka menekankan bahwa dirinya harus bisa bekerja secara mandiri tanpa bergantung dengan orang lain. 

Karena itulah, mereka sangat sulit untuk bekerja sama dengan orang lain, bahkan cenderung bersifat memusuhi orang lain. Selain itu, orang yang memiliki pikiran paranoid juga biasanya perfeksionis terhadap berbagai hal.

Ketika dirinya dianggap salah pun, mereka sangat sensitif ketika mendapat kritikan. Pengidap paranoid ini akan menunjukkan sikap keras kepala, argumentatif, dan selalu menganggap bahwa dirinya benar.

BACA JUGA: Viral Game College Brawl di TikTok, Waspadai Bahayanya untuk Anak!

Penyebab dan Cara Menanganinya

Kondisi penderita paranoid yang demikian disebabkan beberapa alasan. Beberapa di antaranya ialah trauma psikologis, serta kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol atau penggunaan narkoba dalam jangka panjang.

Di samping itu, paranoid juga bisa dipicu gangguan mental tertentu lainnya. Seperti gangguan kecemasan, depresi, dan skizofrenia, serta stres berat atau tekanan batin.

Gangguan kepribadian paranoid sendiri baru bisa didiagnosis dan dievaluasi oleh seorang psikolog atau psikiater dengan melakukan pemeriksaan psikologis melalui wawancara dan tes psikologis (psikotes).

Jika seseorang sudah dipastikan mengalami gangguan kepribadian paranoid, psikiater atau psikolog akan melakukan sejumlah langkah penanganan. Salah satunya dengan psikoterapi, yang biasanya dilakukan dalam jangka panjang.

Pada kasus tertentu, kondisi paranoid memerlukan obat-obatan. Ini umumnya dilakukan pada kasus yang disertai gejala lain, seperti gangguan cemas, gejala depresi, atau gangguan perilaku, misalnya ketergantungan narkoba atau menyakiti diri sendiri.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related