Employer Branding Tak Sekadar Mengenalkan Nilai Perusahaan

marketeers article
Professional businesswomen and businessmen listening to entrepreneur applying for subsidies for the company

Kalangan Gen Y dan Gen Z saat ini terkenal sangat adaptif. Dalam berkerja, mereka tidak mau hanya berhenti di satu posisi yang sama dan melakukan pekerjaan yang sama setiap harinya. Mereka memilih perusahaan yang bisa memberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan mereka dan menjadikan mereka pribadi yang lebih baik lagi secara personal maupun profesional.

Pada dasarnya training merupakan suatu hal yang umum diberikan oleh perusahaan kepada para karyawannya. Ketika karyawan baru masuk, biasanya perusahaan akan memberikan training yang terkait dengan budaya dan fungsi-fungsi perusahaan.

Nutrifood misalnya menggelar program orientasi yang terbagi menjadi dua bagian, yakni kelas dan OJT (on-the-job training). Training awal meliputi perkenalan values dan kultur perusahaan, portofolio produk, program-program perusahaan, dan sebagainya. Ini berlaku untuk semua karyawan – dari karyawan pabrik hingga head office. Hal yang serupa juga dilakukan oleh PT HM Sampoerna, Tbk. Melalui program on boarding selama dua hari. Begitu pula Tokopedia melalui program Nakama Academy.

Namun, yang diharapkan oleh para Gen Y dan Gen Z lebih dari sekadar pengenalan budaya. Mereka mencari kesempatan untuk terus berkembang dan mendapatkan ilmu yang baru. Sebab itu, tidak sedikit perusahaan yang berusaha mengakomodir keinginan tersebut dengan memberikan kelas-kelas tambahan.

“Program on boarding itu hanya awalan. Program kami ada dua, baik secara fungsional dan teknikal. Untuk fungsi tertentu semisal operation supply chain tentunya ada program teknikal agar karyawan bisa mengikuti dan perform lebih maksimal,” terang Muzliansyah Muzakkir, Head of Organization Effectiveness, PT HM Sampoerna Tbk.

Sebagai salah satu startup unicorn, Tokopedia memberikan kelas khusus kepada karyawannya. Hal ini disesuaikan dengan posisi dan fungsi yang diemban oleh si karyawan tersebut. Semisal, untuk fungsi teknologi biasanya Tokopedia mengadakan tech class untuk perkenalan tentang teknologi, infrastruktur, dan bahasa program yang dipakai.

“Hal yang sama juga berlaku bagi fungsi business dan product. Durasinya tergantung dari posisi, ada yang tiga hari, dua minggu, hingga sebulan,” imbuh Fitri Naviati, Recruitment & Employer Branding Senior Lead Tokopedia. Selain itu, karyawan juga diberikan pelatihan untuk materi-materi dasar seperti latihan presentasi, komunikasi, dan kemampuan bahasa

Setelah memberikan pelatihan dasar, perusahaan bisa menawarkan kepada karyawan untuk menigkuti pelatihan lanjutan atau beberapa materi yang memang harus diselesaikan. Bagi Sampoerna, sebagai jantung perusahaan, karyawan harus mendapatkan kesempatan yang luas untuk terus mengembangkan dirinya.

Menurut Vivi Sutanto, Head of People & Culture Operations, PT HM Sampoerna Tbk. bekerja di Sampoerna adalah sebuah proses pembelajaran tanpa akhir. Mereka tidak hanya menyediakan materi pembelajaran di dalam kelas. Proses belajar juga bisa dilakukan melalui program project base. Dengan project base dan kolaborasi cross function, menurut Vivi pengembangan yang terjadi pada karyawan menjadi sangat signifikan dan hasilnya sangat berdampak dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif.

Serupa, Tokopedia juga memungkinkan setiap karyawan untuk pindah ke divisi lain melalui program internal rotation. Semisal dari fungsi bisnis ingin mencoba memahamai bagaimana proses kerja di fungsi product. “Kami sebisa mungkin untuk provide kebutuhan sertifikasi dan kebutuhan lainnya. Kami duduk bersama dengan lead dari tiap fungsi dan divisi serta menanyakan apa dan siapa yang yang memang butuh untuk mengikuti pelatihan dan sertifikasi tersebut,” terang Fitri.

Baginya, hal ini rutin dilakukan selain untuk menangkap keinginan dari karyawan juga untuk menumbuhkan talent-talent terbaik di dalam perusahaan. Sebagai contoh, Tokopedia memberikan pelatihan untuk sistem operasi iOS. Lamanya proses trainning ini bisa mencapai enam bulan. Materinya pun memang difokuskan pada tujuan yang ingin dicapai. Indikator yang dinilai adalah kemampuan teknikal yang kemudian akan diulas per orang. Harapannya, karyawan yang mengikuti program kelas tersebut benar-benar paham.

Sampoerna memberikan kesempatan yang luas kepada karyawannya untuk mencari program-program pembelajaran sesuai dengan preferensi masing-masing. Bahkan, bila memang diperlukan, Sampoerna mengakomodasi karyawannya untuk belajar dari perusahaan lain.

“Misal ada yang mau belajar personal interest, seperti belajar TOEFL itu kami berikan. Semisal mereka mau belajar lebih lama, kami berikan mereka sabbatical leave mereka cuti unpaid dalam kurung waktu tertentu,” tambah Vivi.

Nah, bila melihat kondisi di atas, maka sudah saatnya perusahaan untuk melihat apa yang menjadi kebutuhan Gen Y dan Gen Z di luar dari hal-hal yang tangible. Memahami hasrat pengetahuan dan tantangan mereka bisa menjadi salah satu solusi untuk menjawab permasalahan perusahaan Anda. Ingat ketika Anda berinvestasi secara tepat kepada karyawan, amat besar kemungkinan mereka akan menjadi loyal dan berkontribusi lebih besar tanpa harus diminta.

Editor: Sigit Kurniawan

Related