Entrepreneurial Marketing, Ketika Profesionalisme Bertemu Entrepreneurship

marketeers article
Official International Launch buku Entrepreneurial Marketing: Beyond Professionalism to Creativity, Leadership, and Sustainability pada 20 Maret 2023 di World Intellectual Property Organization (WIPO), Jenewa, Swiss.

Hermawan Kartajaya, Chairman dan Founder MCorp resmi merilis buku terbarunya berjudul “Entrepreneurial Marketing: Beyond Professionalism to Creativity, Leadership, and Sustainability.” Buku yang ditulis bersama Jacky Mussry, Deputy Chairman dan CEO MarkPlus Inc., dan Hooi Den Huan, Associate Professor of Marketing di Nanyang Business School ini menjadi panduan bagaimana bisnis dapat bertahan dalam kondisi yang makin tidak pasti.

“Ini adalah konvergensi antara entrepreneurship dan professionalism. Dan konvergensi dua cluster ini, itulah yang dapat menjamin bahwa paling tidak kita bisa melewati tahun 2025, dan bisa membawa kita ke 2030, apa pun kondisi nanti,” ujar Jacky Mussry dalam konferensi virtual, Senin (20/3/2023).

BACA JUGA: Hermawan Kartajaya: Good Mining Practice Harus Dimulai dari Diri Sendiri

Jacky membeberkan isu ketidakpastian belum usai meski melewati tahun 2023. Sepakat dengan hal itu, Hermawan juga melihat era kini dan ke depan adalah apa yang disebut sebagai VUCA alias Volatile, Uncertain, Complex, and Ambiguous.

Salah satu insight yang dibagikan dalam peluncuran buku yang dilakukan di Geneva, Swiss ini adalah bagaimana perusahaan, unit bisnis, baik besar maupun kecil, mampu bertahan menghadapi era VUCA tersebut. Dalam paparannya, Hermawan membagi model bisnis menjadi empat bagian.

Keempat bagian tersebut memiliki kelemahan dan kekuatan. Kekuatan dan kelemahan diukur dari tingkat entrepreneurship dan professionalism yang dimiliki sebuah model bisnis. 

Sayangnya, ada satu model bisnis yang menurut Hermawan disebut sebagai Zombie.

“UKM secara general, jujur saja, kurang entrepreneurship dan professionalism. Ini kenapa 90% lebih UKM gagal. Mungkin hanya 5% atau kurang yang berhasil,” ucap Hermawan.

BACA JUGA: Hermawan Kartajaya Ajak Anak Muda Beralih dari Trading ke Investasi

Selain Zombie, model bisnis yang memiliki unsur entrepreneurship yang kuat, namun memiliki professionalism rendah adalah perusahaan rintisan atau startup. Hermawan menyebut fase ini adalah Vigorous Dwarf.

“Kalau bisnis Anda memiliki entrepreneurship yang kuat, namun memiliki professionalism yang rendah, bisnis Anda akan menjadi startup. Namun, jika hanya memiliki professionalism, bisnis akan terasa lambat berjalan karena hanya mengandalkan operasi. Layaknya raksasa. Sluggish Giant,” tutur Hermawan.

Idealnya, dalam empat kotak tersebut, mencapai kepenuhan yang tinggi, baik dari sisi professionalism maupun entrepreneurship adalah kewajiban Akan tetapi ketika mencapai hal tersebut, maka bisnis berada dalam fase yang disebut Omni Star.

Karenanya dua klaster besar professionalism dan entrepreneurship dilebur menjadi Omnihouse Model. Model ini terdiri dari dua klaster, yakni klaster entrepreneurial yang terdiri atas elemen-elemen creativity, innovation, entrepreneurship, dan leadership atau CI-EL, dan klaster professionalism, yaitu elemen-elemen productivity, improvement, professionalism, dan management atau PI-PM. 

Omnihouse inilah yang menjadi panduan bagaimana bisnis merapal jalan untuk membangun sisi entrepreneurship dan professionalism.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related