GAPPMI Proyeksi Industri F&B Hanya Tumbuh 5% Tahun Ini

marketeers article
Asian woman with hygienic mask and rubber glove with shopping cart in grocery and looking for yogurt or daily fresh milk to buy during covid-19 outbreak for preparation for a pandemic quarantine

Industri Food and Beverage (F&B) Tanah Air harus bersiap diri mengalami penurunan pertumbuhan di tahun ini. Pasalnya, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPPMI) memproyeksi, pertumbuhan industri F&B di tahun ini hanya berkisar 4%-5% dari target awal yang mencapai 8%-9%.

Membuka catatan asosiasi tersebut, industri F&B Indonesia per kuartal pertama 2020 masih tumbuh 3.94% year-on-year (yoy).

“Namun, dengan kondisi saat ini kami memperkirakan pertumbuhan industri F&B secara total tidak mungkin mencapai normal seperti tahun lalu, yakni 7.95%,” ungkap Adhi S. Lukman, Ketua Umum GAPPMI di dalam gelaran Industry Roundtable: Surviving the COVID-19, Preparing the Post from FMCG Industry Perspective yang digelar MarkPlus, Inc., secara virtual, Selasa (19/05/2020).

Bicara soal ekspor produk F&B, terjadi penurunan di tahun lalu namun masih tetap signifikan mencapai US$ 27 miliar. Sementara, pada Januari-Maret 2020 terjadi pertumbuh mencapai 12%.

Menurut Adhi, penurunan nilai pertumbuhan tersebut terjadi karena beberapa faktor. Pertama, ini merupakan dampak dari kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selain itu, tingkat pengangguran yang bertambah menyebabkan penuruan pendapatan masyarakat yang berujung pada perilaku menahan daya beli.

Jumlah konsumen yang berkurang untuk berbelanja di pasar tradisional juga merupakan faktor utama. Pasalnya, menurut Adhi, 70% pertumbuhan industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) dan F&B berasal dari pasar tradisional.

“Memang terjadi disrupsi supply chain, termasuk e-commerce yang meningkat. Namun, hal ini tetap tidak bisa menggantikan kontribusi pasar tradisional karena basis FMCG dan F&B di e-commerce masih rendah, yakni berkisar 1%-2% saja,” ujar Adhi.

Momen Ramadan dan lebaran tahun ini pun tidak begitu membawa pengaruh bagi pemain FMCG maupun F&B. Padahal, banyak pemain di industri ini yang mengandalkan momen festive untuk menutupi biaya kebutuhan setahun dalam industri ini.

Festive season menjadi salah satu momentum yang Mayora harapkan dapat meningkatkan penjualan. Kami saat ini sedang berusaha untuk terus reaktif setiap hari dalam menghadapi tantangan ini,” imbuh Awin Sirait, Marketing Director PT Mayora Indah, Tbk.

Related