Generasi Muda Korea Pelihara Batu untuk Usir Rasa Sepi

marketeers article
Ilustrasi. (Sumber: 123rf)

Beberapa waktu terakhir, terdapat tren unik di kalangan generasi muda Korea Selatan. Sebagai upaya untuk mengusir rasa kesepian, anak muda Korea memilih untuk memelihara batu selayaknya hewan peliharaan.

Bukan tanpa alasan, tren ini hadir dilatarbelakangi oleh fakta bahwa separuh dari penduduk Korea Selatan hidup sendirian dan memiliki jam kerja yang sangat panjang, seperti dikutip dari SCMP.

Rutinitas tersebut tentu saja membuat mayoritas anak muda Korea merasa kelelahan dan kesepian. Alhasil, mereka memilih untuk mencari suaka untuk bisa menemukan ketenangan.

Tren ini pun menjadi perbincangan di media sosial, khususnya TikTok. Pasalnya, dalam tren generasi muda Korea, batu diperlakukan selayaknya hewan peliharaan yang diberi nama, diajak bicara, dan diberi pakaian.

BACA JUGA Bos Dr Martens Kritik Merek-Merek yang Selalu Ikuti Tren

Dalam video TikTok yang viral, terlihat seekor batu peliharaan dibalut dengan handuk, diberi alas bedak dengan lembut, ditempelkan alis, serta diberi mata dan bibir yang besar.

Lee, seorang peneliti farmasi, mempunyai batu peliharaan dan diidentifikasi berjenis kelamin perempuan. Dia membuatkan selimut musim dingin dari handuk bekas.

“Saya kadang-kadang mengeluh tentang betapa melelahkannya hari yang saya alami di tempat kerja,” kata Lee pada Wall Street Journal.

Serupa seperti Lee, Koo juga memelihara batu yang diberi nama ‘Bang-bang-i’ yang berarti melompat dalam kebahagiaan. Pekerja kantoran di Seoul ini mengantonginya selama bepergian ke gym atau jalan-jalan.

Menariknya, tren ini juga dilakukan oleh para idol Korea, termasuk member boygroup seperti Seventeen dan Enhypen. Mereka dengan bangga mengunggah batu peliharaannya di media sosial.

BACA JUGA Trending di X, Ini Perbedaan TOEFL dan IELTS

Diketahui, lebih dari 300 batu terjual setiap bulannya yang dihargai antara US$ 7,50 dan US$ 11. Para pembelinya biasanya adalah perempuan berusia 20-an dan 30-an, kata seorang pengecer. 

Data tersebut makin menunjukkan betapa kian banyak masyarakat Asia yang merasa kesepian.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS