Hadapi Kebiasaan Baru, Apa yang Harus Dilakukan Insan PR?

marketeers article
business, people, communication, cooperation and technology concept businessman with marker at virtual screen with contacts icons and europe map over blue background

Pandemi Covid-19 sudah berjalan setahun lebih. Vaksinasi COVID-19 juga sedang dalam pelaksanaan secara bertahap. Kondisi ini pun mengubah perilaku masyarakat dan menuntut kita semua harus melakukan adaptasi kebiasaan baru.

Tidak hanya masyarakat, seluruh sektor pun dipaksa untuk melakukan adaptasi. Tak terkecuali berbagai aktivitas kehumasan atau public relations (PR). Adanya pandemi ini mengharuskan para praktisi PR untuk memaksimalkan berbagai platform media, khususnya platform-platform digital. Komunikasi yang sebelumnya bertatap muka langsung bergeser menjadi tatap muka secara daring.

“Tidak ada pilihan lain selain beradaptasi. Humas harus beradaptasi, mengadopsi teknologi baru, dan harus terus mengasah keahliannya di masa transisi ini,” kata Founder & CEO Iconomics Bram S. Putro.

Menurut Bram, pandemi ini adalah game changer bagi PR. Kondisi ini telah memaksa para PR untuk berubah. Demikian pula vaksinasi COVID-19 juga akan menjadi game changer bagi PR.

 Namun demikian, dalam kondisi apa pun, narasi-narasi PR harus tetap fokus dan selaras dengan target-target yang sudah dicanangkan oleh perusahaan/organisasinya. PR harus memanfaatkan momentum saat ini, yakni komunikasi dan interaksi dengan stakeholder yang menggunakan teknologi digital. Pada momentum ini pula, jangkauan komunikasi menjadi tidak terbatas oleh jarak dan waktu.

Senada dengan CEO Iconomics, Wakil Ketua Umum III BPP Perhumas Boy Kelana Soebroto mengatakan adanya pandemi dan vaksinasi sebagai game changer akan membentuk kebiasaan dan ekspektasi baru. Kondisi ini juga akan melahirkan industri-industri baru dan mengharuskan pelayanan yang holistik.

Lantas apa yang harus dilakukan oleh insan PR ke depan?

Menurut Boy, sebagai insan PR harus menyiapkan pengalaman PR yang lebih baik lagi. Layanan secara daring yang lebih inovatif bisa menjadi pilihan. Bisa dilihat, banyak sekali layanan daring yang menjamur setahun belakangan. Dan rasanya, audiens akan bosan bila tidak ada inovasi baru. Oleh karena itu, Boy mengajak para insan PR untuk menghadirkan pengalaman online yang inovatif.

Tak hanya itu, insan PR juga harus mengoptimasi touchpoint offline yang memberikan pengalaman yang menyenangkan kepada audiens. Dan yang terakhir adalah memberikan superior customer experience kepada seluruh kondusmn di masa seperti ini. “Artinya ekspektasi audiens akan meningkat. Kita pun harus memberikan pengalaman berbeda ke mereka semua,” tutup Boy.

Related