Harga Minyak Dunia Naik Tipis Imbas Ketegangan Timur Tengah

marketeers article
Pengeboran minyak dan gas Pertamina. Ilustrasi: Humas Pertamina.

Harga minyak dunia bergerak tipis pada perdagangan Senin (12/2/2024), waktu setempat akibat ketegangan yang masih belum mereda di Timur Tengah. Setelah pekan lalu sempat meroket 6%, pergerakan harga minyak dipengaruhi oleh masalah ketersediaan pasokan.

Dilansir dari Reuters, harga minyak Brent berjangka turun 19 sen atau 0,2% menjadi US$ 82,00 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) naik 8 sen atau 0,1% menjadi US$ 76,92 per barel.

BACA JUGA: Israel Tolak Gencatan Senjata, Harga Minyak Dunia Naik

Kenaikan harga minyak WTI merupakan yang tertinggi sejak 30 Januari 2024. Peningkatan harga disebabkan pula oleh tingkat inflasi dan suku bunga yang tidak berubah berada di atas tingkat target The Fed sebesar 2%.

Inflasi yang tinggi dan penundaan penurunan suku bunga oleh The Fed dapat mengurangi permintaan minyak dunia. Termasuk pula memperlambat pertumbuhan ekonomi.

BACA JUGA: Israel-Hamas Bakal Gencatan Senjata, Harga Minyak Dunia Naik Tipis

Badan Energi Internasional (IEA) yang mewakili negara-negara industri, memperkirakan permintaan minyak akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 sehingga berpengaruh terhadap realisasi investasi. Patrick Pouyanne, Chief Executive Officer (CEO) TotalEnergies Prancis merasa tidak ada peningkatan permintaan minyak yang akan memasuki masa puncak pada tahun 2030 sehingga rencana investasi harus terus dilakukan.

Di sisi lain, negara-negara pengekspor minyak atau OPEC optimistis penggunaan minyak akan terus meningkat dalam dua dekade ke depan. 

“Kita harus keluar dari perdebatan tentang puncak permintaan minyak dan serius berinvestasi,” ujarnya dilansir dari Reuters, Selasa (13/2/2024).

Secara umum, harga bensin berjangka AS naik tipis 1% pada perdagangan kemarin. Ini merupakan level tertinggi dalam tiga bulan setelah sebelumnya melonjak 9% akibat penghentian produksi kilang.

Sementara itu, di Timur Tengah kelompok Houthi yang didukung Iran dan Yaman telah menargetkan pengiriman minyak dengan drone dan rudal sebagai bentuk solidaritas warga Palestina di Gaza. Hal ini kemudian dibalas serangan oleh AS terhadap situs rudal Houthi sejak Januari 2024.

“Kami sekali lagi akan mencatat bahwa pasokan minyak mentah global belum secara signifikan terganggu oleh permusuhan di Timur Tengah dan bahwa pengalihan rute kargo minyak di sekitar Laut Merah tidak secara signifikan mengurangi pasokan minyak mentah global,” kata para analis di penasihat energi Ritterbusch and Associates.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related