Ibunda Jokowi: Anak Saya Seorang Pemberani

marketeers article

Redaksi Marketeers mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya ibu Sujiatmi Notomihardjo, ibunda Presiden Joko Widodo. Untuk mengenang ibu Sujiatmi, kami memuat kembali artikel lawas dari Majalah Marketeers edisi Agustus tahun 2014 yang ditulis oleh Sigit Kurniawan.

Selang beberapa hari setelah Pemilihan Presiden di tahun 2014, Hermawan Kartajaya bersama redaksi Marketeers berkunjung ke kediaman pribadi Joko Widodo di Surakarta dan bertemu langsung dengan Ibu Sujiatmi Notomihardjo. Dalam pertemuan tersebut Marketeers diberi kesempatan eksklusif sebelum Jokowi diumumkan sebagai pemenang dalam Pemilu 2014 untuk berbincang dengan Ibu Sujiatmi mengenang kisah masa lalu anaknya yang kini menjadi Presiden Republik Indonesia.

*****

Mengikuti perjalanan karir politik anaknya yang terus melejit, Sujiatmi Notomiharjo hanya bisa memberinya restu. Perempuan ini senantiasa menaruh kepercayaan kepada anaknya tersebut. Meskipun jalan hidup yang ditempuh anaknya ini tidak gampang dan penuh risiko, Sujiatmi yakin anaknya adalah seorang yang bertekad besar.

“Saya tidak punya kekhawatiran. Kalau dia sudah mempertimbangkan masak-masak, ya saya tinggal mendukung agar dia tetap menjalaninya. Bahkan, ketika dia pernah “dikuyo-kuyo” di Jakarta, saya tidak pernah memintanya untuk pulang ke Solo. Saya yakin anak saya seorang pemberani,” kata Sujiatmi Notomihardjo penuh keramahan ketika ditemui di rumahnya di Solo.

Sujiatmi adalah saksi atas seluruh hidup dan perjalanan karir politik Joko Widodo. Dari sejak remaja, pebisnis, hingga karir politiknya. Sujiatmi tidak mengira anaknya bakal menjadi orang nomor satu negeri ini. Padahal, cita-cita untuk menjadi presiden tidak pernah terlontar di masa kecil maupun remajanya. Sujiatmi mengenal betul karakter dari anaknya yang ia lahirkan di RS Brayat Minulyo, Solo, pada 21 Juni 1961 itu.

Salah satu karakter yang melekat dalam diri Jokowi sampai saat ini adalah karakternya sebagai seorang pengusaha. Menurut Sujiatmi, bakat bisnis yang dimilikinya terbentuk karena keluarga. Ayah Sujiatmi atau kakek Jokowi sudah lama menjadi seorang pengusaha. Bakat pengusaha ini kemudian menurun ke pakdhe Jokowi yang bernama Miyono dengan usaha kayunya CV Roda Jati. Sementara, suami Sujiatmi, Notomiharjo, juga merupakan seorang pengusaha kayu dan bangunan rumah.

“Dulu, bapak saya bisnis kayu, tepatnya bisnis bangunan rumah. Seperti bisnis penyediaan bahan-bahan untuk rumah, mulai dari pintu, kusen, tusuk reng, dan sebagainya. Saat itu, belum bisnis mebel,” ujar perempuan kelahiran Desa Gumukrejo, Boyolali, Jawa Tengah, 15 Februari 1943 itu.

Perjalanan bisnis Jokowi terbilang unik. Pada tahun 1985, usai lulus sebagai insinyur kehutanan dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Jokowi sempat bekerja di PT Kertas Kraft Aceh. Di BUMN tersebut, Jokowi ditempatkan di Hutan Pinus Merkusii, Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Setelah dua tahunan, Jokowi tidak betah bekerja di sana. Saat itu, saat menjelang kelahiran anak pertamanya dari istrinya Iriana. Menurut Sujiatmi, alasan Jokowi keluar dari perusahaan tersebut lantaran dia tak mau disuruh-suruh oleh orang lain lagi.

“Saya tanya kenapa tidak mau balik ke sana. Dia kembali menjawab saya tidak mau, Bu. Saya tidak mau diperintah oleh orang lain. Saya tanya lagi, kalau kamu kerja dengan orang lain tetapi tidak mau diperintah, kamu mau kerja apa. Jokowi menjawab, saya ingin membuka usaha sendiri,” kata Sujiatmi mengenang.

Pulang dari Aceh, Jokowi bekerja di CV Roda Jati milik Miyono, pakdhenya. Pada tahun 1988, Jokowi memutuskan keluar dari pekerjaannya. Miyono sempat melarangnya. Tetapi, Jokowi bertekad untuk membuka usahanya sendiri. Pada tahun tersebut, Jokowi mendirikan usaha mebelnya dengan nama CV Rakabu yang diambil dari nama anak pertamanya, Gibran Rakabuming.

Perjalanan bisnis Jokowi tak lepas dari suka duka. Sujiatmi menceritakan bahwa Jokowi pernah tertipu ketika berbisnis dengan orang lain. Pada tahun 1990-an, Jokowi mengirimkan barang pesanan orang ke Jakarta. Tetapi, begitu barangnya sampai, orang tersebut tidak pernah membayar ke Jokowi. Jokowi merugi Rp 60 jutaan.

“Saat itu, modalnya habis. Awalnya, dia agak putus asa. Tetapi, saya sebagai ibunya selalu mendorongnya agar terus maju dan tidak putus asa. Dan, dia selalu mendengarkan sekaligus mematuhi nasihat saya,” kata Sujiatmi.

Tampaknya, Sujiatmi merupakan modal semangat dan spiritual bagi Jokowi dalam memutar roda bisnisnya. Sampai akhirnya, usaha Jokowi mulai moncer. Jokowi rajin ikut pameran bertaraf Internasional dan mulai ekspor. Pasar ekspornya terbentang dari Singapura, Eropa, dan Amerika. Bahkan, Jokowi harus bolak-balik ke berbagai negara untuk melihat pasar dan mencari peluang baru.

Pendiam dan Berkemauan Keras

Sejak kecil, Jokowi memang bukanlah orang yang banyak bicara. Tetapi, pergaulannya di masa kecil tergolong lumrah. Tidak nakal dan tidak menonjol. Namun, di balik pendiamnya, Jokowi adalah seorang pendengar yang baik dan memiliki kemauan keras.

Sujiatmi melihat Jokowi menjadiseorang pendiam karena dia ingin selalu mendengarkan orang yang menjadi lawan bicaranya. Karakter ini sudah ada sejak masih kecil. Kepada orang yang lebih tua dan pandai, lanjut Sujiatmi, Jokowi lebih senang mendengarkan. Bahkan, saat jagongan (pertemuan informal – red), dia lebih mendengarkan. Jokowi menggunakan sikap diamnya untuk menyerap ilmu dan hal-hal positif dari orang lain.
Sujiatmi menambahkan, saat masih kecil Jokowi memiliki kemauan keras dan harus dituruti. Misalnya, saat Jokowi minta mainan maupun jajanan, keinginan itu harus dituruti. Padahal, kalau minta, tak jarang jajanan itu juga tidak dimakan. Suatu hari, sang kakek usil kepada Jokowi kecil ketika ada seorang penjual arang lewat. Sang Kakek bertanya ke Jokowi apakah mau dibelikan arang atau tidak. Jokowi menggeleng kepalanya karena itu bukan makanan dan tentunya rasanya tidak enak.

“Meski memiliki kemauan yang besar, dia sejak dulu menjadi anak yang penurut kepada orangtua. Jokowi tidak pernah membantah orangtua,” kata Sujiatmi.

Selain itu, Jokowi bukanlah orang yang kaku dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sujiatmi mengenal Jokowi sebagai sosok yang senang guyon, khususnya dengan adik-adiknya. Jokowi memiliki tiga adik. Ketiganya Yati, dan Titik Relawati.

“Jokowi seperti anak-anak biasanya yang juga suka guyon maupun suka nggodain adik-adiknya. Di keluarga, Jokowi sangat dekat dengan saya. Sementara ketiga adiknya lebih dekat dengan bapaknya,” katanya.

Sujiatmi juga menjadi pendamping yang baik bagi Jokowi saat menempuh jenjang pendidikannya. Jokowi mengawali pendidikannya di TK Siwipeni, depan Stasiun Balapan. Lanjut ke SD Negeri 111 Tirtoyoso dan SMP Negeri 1 Surakarta. Lulus SMP, Jokowi melanjutkan ke SMA Negeri 6 Surakarta. Sebenarnya, Jokowi berkeinginan kuat masuk ke SMA N 1 Surakarta. Alasannya, sekolah itu sekolah favorit seperti halnya SMP N 1 dan banyak teman SMPnya yang diterima di sana.

Karena tak diterima di SMA N 1, Jokowi saat itu sempat mutung (putus asa – red). Sujiatmi menyarankan Jokowi agar melanjutkan di sekolah negeri di luar kota Solo agar nanti bisa pindah ke sekolah idamannya tersebut. Tetapi, Jokowi tidak mau. Setelah bujuk rayu lama, Jokowi akhirnya mau sekolah di SMA Negeri 6 Solo. Jokowi menjadi siswa angkatan pertama dari sekolah baru ini. Kata Sujiatmi, Jokowi sempat sakit tifus gara-gara tidak bisa ke SMA 1 tersebut. Untungnya, di kelas dua, semangat belajar Jokowi pulih kembali. Mata pelajaran dia ikuti dengan baik, khususnya matematika yang menjadi pelajaran favoritnya. Bahkan, di SMA tersebut, Jokowi menjadi juara kelas.

Sampai akhirnya, Jokowi diterima di Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta, sebuah kampus favorit yang ternyata tidak semua teman-teman Jokowi di SMA 1 Solo diterima di sana. Meski tinggal di rumah kos di Jogja semasa kuliahnya, Jokowi tidak melupakan Sujiatmi. Seminggu sekali, di akhir pekan, Jokowi selalu pulang untuk bertemu dengan ibunya di Solo.

Kurus, tapi Jagoan

Jokowi memang dikenal berbadan kerempeng sejak kecil. Meski badannya kurus, tetapi Jokowi jarang sakit. Sujiatmi memiliki dokter keluarga dan dokter tersebut selalu memeriksa kesehatan keluarga dan Jokowi selalu dinyatakan sehat. Sujiatmi mengakui sejak kecil Jokowi memang kurang bergairah dalam makan.

Sujiatmi bercerita bila mencium bau tertentu, Jokowi kecil sering mendadak kehilangan selera makannya. Termasuk, ketika ia diajak jajan di warung makan dan melihat orang sedang mencuci piring dan gelas kotor, Jokowi memilih tidak mau makan.

Meski badannya kurus, tetapi Jokowi adalah seorang “jagoan.” Selain semangat baja saat memutar bisnisnya, Jokowi dikenal sebagai seorang pemimpin yang baik

Organisasi pertama yang ia libati adalah Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Solo. Saat itu, teman-temannya memilih Jokowi untuk menjadi ketua. Sujiatmi hanya bisa merestui sepak terjang anaknya ini.

“Kalau anak saya sudah mau, ya saya biarkan saja. Saya tidak pernah melarang. Termasuk juga ketika dia ingin menjadi walikota Solo saat itu,” kata Sujiatmi.

Saat mau menjadi walikota Solo, Jokowi sempat “curhat” kepada Sujiatmi. Menurut Sujiatmi, kala itu, Jokowi ingin melayani dan mengabdikan diri untuk warga Solo. Sujiatmi hanya bertanya, siapa yang akan mengurus bisnis mebelnya yang mulai berkembang itu. Padahal, saat itu anak-anaknya juga masih sekolah. Jokowi hanya bilang gampang dan bisnis akan dikelola oleh adik-adiknya.

Sebenarnya, anak sulungnya Gibran sempat melarang Jokowi menjadi walikota. Tetapi, Jokowi bilang ke Gibran bahwa selama ini dia tidak pernah melarangnya melakukan apa pun. Kini, giliran Gibran yang tidak boleh melarang bapaknya untuk menjadi walikota.

Jokowi pun maju sebagai walikota bersama FX Hadi Rudyatmo yang juga dekat dengan keluarga Jokowi. Sujiatmi senang melihat anaknya menjadi walikota. Lebih senang lagi ketika Jokowi tidak berubah dari kehidupannya yang sederhana dan dekat dengan masyarakat kecil.

“Saya senang melihat setiap Jumat, dia keliling di bantaran sungai. Dia di sana melihat sendiri keadaan dan ngobrol dengan warga setempat. Lalu, membagikan beras, bahan pokok, maupun buku-buku ke warganya. Jokowi senang membantu rakyat kecil,” katanya.

Sujiatmi mengaku pernah sedikit khawatir ketika Jokowi di tahun pertama sebagai walikota berniat untuk memindahkan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Banjarsari. Apalagi di kawasan tersebut, bukan hanya pedagang, tetapi juga para preman bertato. Namun, Jokowi meminta ibunya untuk tetap tenang karena dia akan melakukannya dengan cara-cara halus. Sujiatmi hanya bisa merestui dan percaya pada anaknya yang pemberani. Dengan didukung oleh wakilnya. Rudy, Jokowi berhasil merelokasi PKL itu dengan apik, tanpa kericuhan dan kekerasan.

Harapan Seorang Ibu

Semangat untuk blusukan sudah dimiliki oleh Jokowi sejak kecil. Di masa kanak-kanaknya, Jokowi sering diajak Mukiyem pergi ke pasar dan kampung-kampung.

Mukiyem adalah pengasuh Jokowi sejak bayi. Sementara, sikap yang mengayomi sudah kelihatan sejak remaja ketika ia ikut mengasuh ketiga adiknya. “Dia sangat memperhatikan dan mengayomi ketiga adiknya. Termasuk juga dengan teman-temannya. Dan, adik-adiknya nurut apa yang dikatakan kakaknya,” kata Sujiatmi.

Saat mau maju menjadi gubernur DKI Jakarta, Jokowi juga minta restu pada Sujiatmi. Sekali lagi, Sujiatmi tidak melarangnya. Asalkan Jokowi sudah mempertimbangkan masak-masak dan yakin, dia akan mendukungnya. Bahkan, saat kampanye hitam menyerangnya ketika di Jakarta, Sujiatmi malah menyemangatinya. Sujiatmi tidak pernah memintanya pulang kampung. Sujiatmi percaya bahwa anaknya adalah seorang pemberani.

Termasuk juga ketika Jokowi maju menjadi capres. Jokowi tak henti-hentinya dibombardir dengan aneka kampanye hitam. Melihat anaknya diteror dengan kampanye hitam tersebut, Sujiatmi malah berpesan kepada Jokowi agar tidak meresponsnya, khususnya secara emosional.

“Jangan dijawab, jangan dilawan, jangan direspons yang sekiranya membangkitkan emosi. Jangan pernah melawannya dengan kekerasan. Dari dulu, saya selalu berpesan jangan sekali-kali melakukan kekerasan. Sejak kecil, dia juga tidak pernah berkelahi atau bahkan cekcok dengan temannya,” kata Sujiatmi.

Jokowi bukanlah sosok sempurna. Di antara kelebihannya tersebut, Jokowi juga memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaannya sebagai manusia. Sujiatmi sendiri tidak mengharapkan perubahan dalam diri Jokowi. Sebaliknya, Sujiatmi menerima sosok anaknya tersebut apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Di mata Sujiatmi, tidak ada manusia yang sempurna dan segala keadaan sewajarnya disyukuri.

“Harapan saya saat Jokowi menjadi presiden, dia bisa menjalankannya sebagai amanah. Semoga dia direstui oleh Allah untuk menjalankan amanah dari rakyat tersebut,” pungkas Sujiatmi.

Related