Inovasi Persiapan Kalbe Farma Sambut Era Pascapandemi

marketeers article

Dampak yang ditimbulkan pandemi tidak pandang bulu. Tidak hanya sektor-sektor vital yang mengalami penurunan dratis, sektor yang berhubungan dengannya seperti industri kesehatan pun mengalami dampak negatif dari kondisi ini.

Hal ini diungkapkan oleh Vidjongtius, Direktur PT Kalbe Farma Tbk. Perusahaan publik yang memiliki empat perusahaan ini tetap mencatat perlambatan bisnis. Sebut saja di bisnis obat resep dan obat consumer yang tumbuh kecil.

Adanya penurunan ini tidak serta merta karena konsumen tidak peduli dengan kesehatan. Namun, kondisi pandemi yang menekan hampir semua orang menyebabkan peralihan pola belanja. Tidak hanya itu, kesadaran terhadap kualitas kesehatan menjadi faktor besar yang menyebabkan penularan penyakit apapun semakin jarang terjadi akibat penggunaan masker dan perhatian terhadap kebersihan yang lebih serius dijalani masyarakat.

“Itu artinya sangat baik. Artinya kualitas kesehatan meningkat. Namun sebagai perusahaan, penurunan akibat kondisi apapun tidak bisa didiamkan. Kondisi ini memang merupakan tantangan, tapi bukan berarti tidak ada opportunity yang bisa dimanfaatkan,” kata Vidjongtius dalam gelaran Industri Roundtable Actualizing Post Normal: Year 2021 & Beyond, Selasa (17/01/2020).

Dalam membaca kondisi pandemi, Kalbe Farma setidaknya berupaya melihat sejumlah tantangan. Di antaranya pola perilaku konsumen yang berubah, daya beli yang masih rendah, risiko supply chain, infrastruktur digital yang masih rendah, risiko keuangan tinggi, dan kondisi perekonomian yang secara umum belum membaik

Meski begitu, tantangan ini bisa dibaca sebagai opportunity. Hal ini diwujudkan dengan adaptasi teknologi Kalbe yang berupaya mengikuti ombak akselerasi digital.

“Tidak hanya itu, opportunity bisa menjadi bahan untuk berinovasi dan berkolaborasi. Inovasi merupakan kunci sukses sebuah bisnis,” tegasnya.

Kalbe menghadapi tantangan pandemi dengan menghadirkan berbagai inovasi yang dilakukan dengan cara berkolaborasi. Sebut saja kerja samanya dengan perusahaan farmasi asal Korea Selatan untuk menciptakan vaksin DNA guna menangani COVID-19.

Tidak berhenti di sana, perusahaan ini juga membaca peluang obat-obatan herbal yang terbuka lebar di masa pandemi ini. Akhirnya, strategi untuk memperkuat ekosistem produksi dan supply chain dengan kolaborasi bersama petani tanaman herbal seperti jahe merah pun dilakukan.

“Hasilnya luar biasa. Inovasi ini menciptakan ekosistem produk herbal end-to-end yang sangat berhasil di pasar. Telah terbukti bahwa inovasi yang dibarengi oleh kolaborasi memiliki kekuatan kesuksesan yang besar,” katanya.

Lebih lanjut, kolaborasi juga dibuktikan dengan sikap proaktif Kalbe yang melibatkan dirinya untuk ikut melakukan uji klinis vaksin yang dikembangkan pemerintah.

Tujuannya, tentu memenuhi visi perusahaan untuk menciptakan Indonesia yang lebih sehat. Sementara dari kacamata bisnis, langkah ini menjadi sangat cerdas untuk menjaga relevansi dan eksistensi perusahaan dan merek Kalbe di Indonesia.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related