Ireland’s Eye, Pameran Seni Irlandia yang Angkat Beragam Isu Menarik
Kedutaan Irlandia di Indonesia menyelenggarakan pameran bertajuk “Ireland’s Eye” dalam rangka merayakan St. Patrick’s Day,. Bekerja sama dengan ISA Art Gallery dan Jakarta Land, pameran seni yang menampilkan karya lima seniman dari Irlandia tersebut berlangsung di lobi gedung World Trade Center 2, Jakarta hingga 7 April 2023.
Lucy Peters, Mandy O’Neill, Michelle Malone, Myfanwy Frost Jones, dan Orla Comerford adalah kelima seniman yang menjadi bintang di pameran Ireland’s Eye. Mereka berlima mengeksplorasi isu-isu menarik, mulai dari perubahan iklim, globalisasi, ketimpangan sosial, hingga perubahan teknologi yang dilihat dari sudut pandang Irlandia, negara pulau yang diapit oleh benua Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Keberadaan negara Irlandia yang cukup strategis bertindak sebagai pondasi untuk membentuk visi yang kreatif dan independen. Selama ini, negara tersebut telah memberikan kontribusi yang signifikan kepada benua Eropa dan AS, terutama di bidang ilmu pengetahuan, budaya, dan hiburan.
BACA JUGA: L’Oreal Paris Kampanye Lawan Pelecehan Seksual di Ruang Publik
Melalui pameran seni ini, para seniman akan mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting seputar hal yang membentuk identitas individu, komunal, dan nasional. Menariknya, ada kemiripan dalam sejarah Irlandia dan Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
Di Irlandia, para pujangga revolusioner membantu negara tersebut menjadi satu hal yang utuh. Sementara itu, para perupa Indonesia membayangkan sebuah bangsa tunggal dari beragam sejarah kolonial dan nusantara, serta budaya.
Saat ini, baik Irlandia dan Indonesia berbagi sebuah identitas budaya dan seni yang kuat. Identitas tersebut pun diterjemahkan ke dalam beragam bentuk, mulai dari musik, seni kriya, cerita, seni urban, hingga pembuatan film.
BACA JUGA: CIPS: ICS Perlu Didukung Regulasi Perlindungan Data
Dikurasi oleh Mark Joyce dari IADT, Dublin, Ireland’s Eye hadir sebagai pameran seni yang mengeksplorasi ide tentang seni visual sebagai sebuah “mata” penting dalam dunia yang semakin terkoneksi, namun terpolarisasi ini.
Editor: Ranto Rajagukguk