Jacky Mussry: Waspada Fenomena Marketing Blind Spot

marketeers article
Jacky Mussry. Foto: Marketeers

Hingga saat ini, bisnis masih sering terjebak dalam fenomena marketing blind spot. Istilah ini menyoroti kondisi ketika perusahaan merasa sudah melakukan segala seusatu dengan baik dan benar, namun tidak menyadari ada beberapa hal yang mereka tinggalkan atau kurang dioptimalkan.

Jacky Mussry, CEO MarkPlus, Inc. mengungkapkan, fenomena inilah yang seringkali menyebabkan perusahaan akhirnya kehilangan kemampuan dalam bersaing. Sebagai contoh, perusahaan dalam strategi pemasaran terkadang mengabaikan macro environment.

Marketing seringkali terjebak dalam aspek taktis saja. Padahal textbook pemasaran di seluruh dunia tidak membahas soal pemasaran untuk bagian pertamanya, melainkan ekonomi. Namun, hal ini seringkali diabaikan,” kata Jacky dalam acara WOW Brand Festiva Day 2023 yang diselenggarakan oleh MarkPlus, Inc. pada Rabu(11/05/2023).

BACA JUGA: Entrepreneurial Marketing, Ketika Profesionalisme Bertemu Entrepreneurship

Jacky kemudian menjelaskan, antara marketing dengan finance juga terkadang diabaikan. Orang-orang pemasaran memahami konsep-konsep brand awareness, association, dan sebagainya. Sementara belum banyak yang memahami terkait finance. Salah satu konsep finansial yang dipakai dalam pemasaran adalah sales. Tetapi, sayangnya itu menjadi top-line. Padahal, perusahaan memerlukan bottom line, yaitu income.

“Contoh-contoh lainnya adalah integrasi yang masih lemah antara online dan offline. Lalu, perusahaan juga seringkali mengabaikan peran human capital dalam perusahaan, dan kurang rasa kemanusiaannya. Inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena marketing blind spot,” jelas Jacky.

Lantas, bagaimana caranya agar perusahaan tidak terjebak dalam fenomena marketing blind spot? Jawabannya adalah kemampuan untuk mengkonvergensi Professionalism dan Entrepreneurship, dua kapabilitas yang selama ini selalu dianggap tidak pernah bisa kawin.

BACA JUGA: CI-EL and PI-PM: New Competencies for New Generation

Ini juga yang disebut sebagai dikotomi. Dari kedua dikotomi besar ini, Entrepreneurial terdiri atas elemen-elemen creativity, innovation, entrepreneurship, dan leadership atau CI-EL, dan Professionalism, yaitu elemen-elemen productivity, improvement, professionalism, dan management atau PI-PM. 

Semua hal yang dilihat dalam macro economy tersebut kemudian bisa diturunkan ke dalam creativity, innovation, hingga productivity. Strateginya harus diterapkan dengan menggabungkan dua konsep CI-EL dan PI-PM ini dan pada akhirnya, juga harus berdampak pada market value,“ tuturnya.

Konvergensi antara dua dikotomi ini kemudian menjadi pembahasan dalam buku Entrepreneurial Marketing: Beyond Professionalism to Creativity, Leadership, and Sustainability.” Buku yang ditulis oleh Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, Jacky Mussry, dan Hooi Den Huan ini menjadi panduan bagaimana bisnis dapat bertahan dalam kondisi yang makin tidak pasti.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related